Bab 26

1.7K 140 12
                                    

Happy Reading!!!

***

Empat hari sudah berlalu sejak kejadian itu, Manda tidak lagi mau berangkat dan pulang dengan di antar Gara. Dan empat hari sejak itu juga Manda selalu menatapku benci. Aku sedih, dan jujur saja aku terluka, apalagi melihat Gara yang terlihat begitu kacau setelah menjauhnya Manda yang juga enggan memaafkan dan mendengar penjelasan sahabatku itu.

Aku ingin meluruskan kesalahpahaman yang ada dan mengembalikan hubungan Gara dengan Manda seperti sediakala, tapi aku bingung harus memulainya dari mana, di tambah dengan Manda yang selalu menghindar setiap kali aku berusaha menghampirinya.

Sebenci itukah dia padaku hanya karena Gara memilih menemaniku makan, itu pun atas permintaan Kak Mawar?

Tapi tentu saja aku tidak menyalahkan kakakku, karena dia tidak mengetahui apa pun. Kak Mawar juga tidak mengetahui bahwa Gara memiliki kekasih. Dan aku tidak akan menyalahkan Kak Mawar dalam kesalahpahaman ini.

Pagi ini sama seperti pagi kemarin, aku masih berangkat dengan Gara karena cowok itu menjemputku dan tidak ada alasan untuk aku menolak, karena lagi-lagi itu memang kebiasaan kami sejak dulu. Gara juga tetap menjemput Manda ke rumahnya, tapi dia sudah berangkat.

Suasana sepi sepanjang perjalanan, Gara dengan wajah murungnya dan aku yang kebingungan mencari topik obrolan. Seumur hidup, tidak pernah aku merasa secanggung ini dengan Gara.

Di kelas pun tidak beda jauh, Gara memilih diam dan kadang menghampiri Manda ke kelasnya dengan hasil yang tidak pernah memuaskan. Aku tidak menyangka bahwa ternyata Gara akan segalau ini.

Bisik-bisik orang yang menganggap aku tidak tahu malu, mencari kesempatan dalam kesempitan, bahagia di atas derita orang sudah menjadi santapanku empat hari belakangan ini. Dan gosip mengenai aku yang menyukai Gara sudah beredar kesepenjuru sekolah. Aku memilih diam, dan mengabaikan semua itu. Mereka terlalu banyak untuk aku tutup mulutnya hanya dengan kedua tanganku. Tapi tangan yang kumiliki tidak mampu membuatku menutup telinga, karena segala cemoohan orang, cibiran dan segala tuduhan itu nyatanya masuk ke dalam hatiku, menambah beban pikiranku yang sudah menumpuk hanya karena Gara dan Manda, hingga berdampak pada kesehatanku yang setiap harinya semakin menurun. Namun berusaha aku sembunyikan.

Sahabat-sahabatku yang kerap kali membantu tidak dapat menghentikan gosip itu. Lelah terus berada dalam situasi seperti ini, aku memutuskan untuk menghampiri Gara dan berbicara dengan laki-laki itu.

Selama empat hari ini Gara memang tidak menyalahkanku atas kerenggangan hubungannya dengan Manda. Tapi tetap saja, Gara terlihat menjaga jarak dariku meskipun hingga saat ini kebiasaannya mengingatkanku makan bekal yang Kak Mawar siapkan dan meminum obat masih tidak hilang.

Namun sejak hari itu Gara sudah tidak lagi menemaniku makan karena sibuk meluluhkan hati sang kekasih yang tengah marah, dan aku pun tidak masalah dengan hal itu. Aku selalu memaksakan menghabiskan makanan itu tanpa paksaan Gara seperti biasanya, itu aku lakukan semata-mata untuk menghindari Kak Mawar memarahi Gara. Sudah cukup Gara kerepotan gara-gara aku, dan sekarang hubungannya berada di ujung kehancuran gara-gara aku juga. Jangan sampai kemarahan Kak Mawar membuat Gara muak.

“Gar,” panggilku pelan, lalu duduk di kursi sebelah Gara yang ditinggalkan Ervan. Cowok itu sudah lari ke kantin dengan menarik Raja, dan Melody seperti biasa membuntuti ke mana pun Raja pergi.

“Maaf,” cicitku palan.

Gara tidak juga menoleh, cowok itu terus menatap ponsel yang ada di genggaman tangannya. Aku tahu dia masih berusahan menjelaskan semuanya pada Manda, membujuk kekasihnya itu agar mau memaafkannya.

“Gue janji akan bicara sama Manda dan jelasin semuanya. Maaf gara-gara gue hubungan kalian jadi seperti ini. Maafin gue Gar,” lirihku menunduk merasa bersalah, meskipun ini semua tidak sepenuhnya menjadi kesalahanku. Tapi tak apa.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang