Happy reading!!
***
Hari libur datang dan aku hanya bergelung di kasur dengan laptop yang terus menyala menampilkan drama yang sebelumnya sudah aku unduh untuk mengisi waktu liburanku selama dua minggu ini. Papi belum bisa libur kerja karena pekerjaannya banyak, dan aku tidak mempermasalahkan hal itu. Tidak apa meski liburan kali ini aku habiskan di rumah yang penting ada Gara. Memang, apa-apa selalu Gara, dan sialnya cowok itu memang selalu ada untukku, menuruti apa pun keinginanku meskipun aku harus mendengarnya mengoceh dulu.
Gara. Kenapa cowok itu malah memilih menganggapku sebagai saudara? Apa karena dia anak satu-satunya di keluarganya? Atau karena memang dia tidak pernah tertarik kepadaku? Tentu jawabannya sudah jelas. Gara memang tidak tertarik padaku, karena di matanya hanya Manda lah yang cantik menurut Gara. Padahal jika di sandingkan akulah yang lebih cocok. Itu hanya menurutku, karena pada kenyataannya di sekolah sudah banyak yang mendukung kedua orang itu pacaran.
Menurut orang-orang Manda mampu mengendalikan tingkat menyebalkan Gara, dan itu adalah alasan mereka yang sudah kesal dengan sifat jahil Gara. Sementara aku suka dengan apa pun yang dilakukan Gara sekalipun cowok itu membuatku naik darah. Memang sebucin itu aku. Harusnya Gara bersyukur dicintai segitu besar dan tulusnya olehku. Tapi kembali lagi, tidak ada yang bisa mengendalikan hati.
“Vi, Vio, Violetta, lo dimana?” teriakan itu menarikku dari lamunan. Aku mendengus dan memilih tidak menyahuti, Gara akan tahu dimana dia akan melihat keberadaanku.
Ceklek.
Suara pintu yang di buka tidak sama sekali membuatku menoleh. Aku sudah kembali fokus pada layar laptop yang masih menyala, menampilkan drama korea si pemilik hotel tempat para hantu menginap dan menyelesaikan masalahnya sebelum menuju ke akhirat. Drama yang membuatku bertanya-tanya mengenai kebenarannya dan menyimpan sedikit harapan. Ya, harapan. Aku sadar jika Tuhan tidak lagi memberiku kesempatan maka kemungkinan aku kehilangan detak jantung tidak akan lama lagi. Aku takut belum sempat menyampaikan perasaanku lagi, aku takut tidak sempat meyakinkan Gara akan cinta tulusku dan aku takut kepergianku nanti membuat keluargaku bersedih.
Aku ingin tetap hidup walau di dunia berbeda untuk memastikan bahwa orang-orang tersayangku bahagia. Seperti yang dilakukan pemeran Bu Choi di drama yang sedang kutonton ini, dimana dia memutuskan untuk tidak keakhirat demi menyaksikan penderitaan keluarga yang sudah membiarkan anaknya mati atau seperti pemeran Ji Hyun joong, si penerima tamu di hotel yang menunggu adiknya hingga tujuh puluh tahun demi bisa keakhirat bersama. Jika dunia setelah kematian itu ada seperti yang di gambarkan dalam drama tersebut aku ingin menjadi salah satu penghuninya untuk menunggu Gara. Namun apa mungkin Gara bersedia keakhirat bersamaku?
“Gue punya kabar gembira, Vi,” ucapnya dengan antusias yang membuatku mengerutkan kening dalam. “Akhirnya gue balikan lagi sama Manda,” lanjutnya dengan binar bahagia yang begitu nyata kedua matanya tampilkan, senyumnya pun terukir begitu lebar dan di detik selanjutnya Gara berhambur memelukku yang masih terdiam membisu. Cowok itu seakan menyalurkan rasa syukurnya karena telah berhasil kembali pada cintanya. Namun tanpa cowok itu sadari, bahwa di balik kebahagiaannya ada hati yang menjerit terluka. Aku.
Hatiku sangat sakit saat ini ditambah dengan rasa sakit di dada yang begitu menyesakkan, membuatku sulit untuk bernapas dan mengeluarkan suara hanya untuk meminta Gara melepaskan pelukannya. Ini benar-benar sesak, sesak yang begitu menyakitkan entah karena pelukan Gara, kebahagiaan yang di sampaikannya, atau memang sakit jantungku yang kembali kambuh, yang jelas aku tidak lagi bisa mendengar jelas apa yang Gara ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violeta
Teen FictionTidak akan ada yang pernah baik-baik saja ketika pengakuan hanya di anggap kekonyolan. Tiga tahun, waktu yang Vio habiskan untuk mencintai sahabatnya, namun tidak sekalipun Gara melihat keseriusannya. Gara selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin me...