Bab 11

978 74 11
                                    

Happy Reading!!!

****

Jam kosong di jam terakhir sungguh menjadi kebahagiaan semua murid. Dan itulah yang sedang dirasakan murid di kelasku saat ini. Ulangan semester yang akan segera mereka hadapi beberapa minggu lagi tidak membuat aku dan yang lainnya sibuk belajar, karena sekarang yang kami lakukan adalah merusuh, ada yang sibuk bergosip, main game dan ada juga yang heboh bernyanyi. Aku salah satunya, duduk di samping Gara yang tengah memetik senar gitar hingga menimbulkan melodi merdu yang membuat para cewek baper, namun akan lari tunggang langgang saat Gara mulai mengeluarkan suara pancinya. Maka dari itu, aku meminta Gara untuk fokus pada gitarnya saja karena takut semua burung dan sejenisnya mati gara-gara suara Gara.

"Pura-pura lupa, Vi" kata Gara kepadaku seraya mulai mengatur ulang gitarnya agar pas dengan melodi yang akan dimaikannya. Aku mengangguk dan berdeham beberapa kali sebelum meloloskan suaraku, menyayikan lagu yang Gara minta. Melody yang berada di sebelahku dan sudah menggerakkan lembut tubuhnya ke kanan dan ke kiri mengikuti musik yang mengalun dari gitar yang Gara mainkan

Pernah aku jatuh hati padamu sepenuh hati

Hidup pun akan ku beri apa pun kan kulakui

Tapi tak pernah ku bermimpi kau tinggalkan aku pergi

Tanpa tahu rasa ini

Ingin rasa ku membenci

Tiba-tiba kamu datang saat kau telah dengannya

Semakin hancur hatiku

Jangan datang lagi cinta bagaimana aku bisa lupa

Padahal kau tahu keadaannya kau bukanlah untuk ku

Jangan lagi rindu cinta ku tak mau ada yang terluka

Bahagiakan dia aku tak apa biar aku yang pura-pura lupa

Nyatanya bukan hanya aku yang bernyayi, tapi yang lainnya pun ikut bernyanyi terutama cewek yang mungkin saja berada di posisi seperti yang ada dalam lagu. Yang tadinya para perempuan asyik dengan gosipnya, kini sudah berpindah duduk mengisi bangku-bangku kosong yang ada di sekitarku dan Gara.

"Tiba-tiba ka-"

"Gara jangan ikut nyanyi!" protes aku dan yang lainnya saat Gara ikut membuka sura.

"Tau lo, Gar, ngerusak suasana aja," Melody melayangkan jitakkannya di kepala Gara yang kini terkejut dengan serangan mendadak dari para cewek yang mengelilingi.

"Ck, nyebelin lo semua. Emang kenapa sih gue gak boleh ikut nyanyi, suara gue gak jelek-jelak banget juga," ujar Gara kesal, membuatku memutar bola mata.

"Emang gak jelek-jelek benget, Gar, tapi suara lo ancur banget. Untung lo bisa main gitar jadi bisa sebagai pendukung tampang lo yang gak seberapa itu. Bahaya 'kan kalau suara ancur, main gitar gak bisa, bagai mie ayam tanpa suiran ayam. Gak menarik!" sahut Ervan yang datang menghampiri dan duduk di samping Gara, membuat cowok itu mendelik dengan bibir maju beberapa senti, sedangkan aku dan yang lain hanya menertawakan.

"Ganti lagu dangdut sekarang, biar pada goyang," titah Ervan pada Gara yang masih cemberut, tapi tak urung memetik senar gitarnya dan mengalunlah lagu sik-asik dari penyanyi dangdut yang memang menjadi idola Ervan.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang