Happy Reading!!!
***
Sepanjang perjalanan aku lebih memilih menyibukkan diri dengan ponsel, berkirim pesan dengan Melody dan sesekali berselancar di media sosialku yang lain, sementara kedua orang yang berada di samping dan belakangku sibuk dengan obrolannya sendiri. Aku sudah merasakan sesak sejak tadi, perjalanan yang seharusnya bisa di tempuh dalam waktu singkat entah kenapa terasa begitu lama untukku. Dan saat tida di parkiran, aku dengan cepat turun dari mobil Gara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, berlari menuju Melody yang menunggu di depan pintu masuk dengan Raja yang ternyata sudah tiba lebih dulu.
Senyumku kembali aku ukir untuk menyamarkan rasa sedihku, dan berpura-pura antusias dalam acara main ini. Padahal kenyataannya aku ingin pulang saja saat ini.
“Jangan lari-larian, Vi!” kesal Gara begitu tiba di hadapanku. Wajah pria itu terlihat khawatir dan kecemasan jelas kedua matanya perlihatkan. Boleh aku bahagia karena nyatanya Gara masih peduli terhadapku, rela berlari cepat untuk menyusulku dan meninggalkan Manda di belakang. Bolehkah?
“Hehe, Sorry, abisnya gue udah gak sabar,” bohongku. Gara berdecak sebal, lalu meraih tanganku dan menggandengnya masuk ke dalam bangunan yang menjadi pusat perbelanjaan di kota ini, sebelum itu Gara menyeka keringat di pelipisku dan mengusak rambutku pelan sambil membisikkan kata yang membuat jantungku berdetak kencang dengan harapan yang kembali naik kepermukaan. Gara memang cowok yang pandai mempermainkan hatiku.
“Jangan ulangi lagi, Vi. Gue takut.” Itu yang Gara bisikkan sebelum kami masuk. Sederhana memang, tapi efeknya begitu luar biasa untuk hatiku yang begitu mengharapkan Gara.
“Nonton dulu apa main dulu nih?” tanya Manda membuat kami semua berpikir dan mulai berdebat karena perbedaan pendapat. Aku bersama Melody ingin bermain terlebih dulu sementara Gara dan Manda mengusulkan untuk nonton terlebih dulu. Perdebatan itu semakin sengit karena diantara kami berempat sama-sama tidak mau kalah, sebelum kemudian kami menoleh pada satu sosok yang sejak tadi diam.
“Ja, pilihan lo yang akan menentukan,” aku, Melody, Gara dan Manda berucap bersamaan, membuat Raja yang sibuk menatap sekeliling terkejut dan menatap kami dengan kening berkerut bingung.
“Ja, main dulu apa nonton dulu?” tanya aku dan Manda bersamaan seolah mewakili rekan masing-masing.
“Makan dulu aja bisa gak?” tanyanya dengan polos, berniat tidak memberatkan salah satunya.
“Gak bisa,” lagi kami berujar kompak. Raja menghela napasnya pelan sebelum kemudian mengambil keputusan.
“Main dulu,” jawabnya yang membuat aku dan Melody bersorak girang, menjulurkan lidah mengejak Gara yang mendengus tidak terima.
“Kenapa gak pilih nonton dulu sih, Ja,” rengek Manda.
“Main dulu, karena itu satu hal yang akan membuat tubuh lelah. Setelah main baru nonton, hitung-hitung sambil istirahat. Untung-untung kalau mau di ajak makan dulu karena gue udah lapar dari tadi,” jelasnya mengangkat bahu acuh, lalu melangkah lebih dulu menuju escalator untuk naik ke lantai atas dimana time zone berada, tidak lupa merangkulkan tangannya di pundakku dan menarikku untuk berjalan bersamanya. Aku tidak keberatan, dan menarik Melody ikut bersamaku meninggalkan Manda dan Gara yang masih belum terima dengan kekalahannya.
Time zone cukup ramai hari ini, membuat kami harus sedikit mengantri untuk memainkan apa yang kita inginkan. Aku memilih permainan yang mudah dan tidak terlalu membutuhkan tenaga karena aku masih ingin menikmati hari ini lebih lama, meskipun harus menyaksikan keakraban Gara dan Manda. Tak apa selagi kami bermain bersama dan Gara tidak mengacuhkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violeta
Teen FictionTidak akan ada yang pernah baik-baik saja ketika pengakuan hanya di anggap kekonyolan. Tiga tahun, waktu yang Vio habiskan untuk mencintai sahabatnya, namun tidak sekalipun Gara melihat keseriusannya. Gara selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin me...