Happy reading!!!
***
Esok harinya seperti biasa Gara menjemputku di rumah untuk berangkat bersama. Motor sport yang sejak kelas sepuluh selalu menjadi andalan Gara berubah jadi mobil karena tidak lagi mengangkut satu penumpang. Kejadian kemarin tidak menjadikan kami canggung atau memang Gara yang memilih mengabaikannya dari pada memikirkan maksudku. Tak apa, aku tidak tersinggung karena itu sudah biasa aku terima dan lagi aku sudah memprediksinya.
Bangku kemudi bagian depan tempat yang aku duduki saat ini seperti hari-hari sebelumnya, tapi begitu tiba di kediaman Manda aku yang melihat gadis itu melirik ke arah depan diam-diam menawarkan kekasih Gara itu untuk duduk di tempatku dan biarkan aku duduk di kursi penumpang belakang. Aku tidak ingin egois. Bagaimanapun Manda lebih berhak karena gadis itu kekasih Gara. Aku juga tidak ingin gara-gara ini Manda jadi membenciku. Aku sahabat yang cukup peka bukan?
Jadilah mulai hari itu posisi kami bertukar. Gara sempat melirik protes ke arahku tapi aku hanya mengedikkan bahu sebelum kemudian fokus pada ponsel dan saling berkirim pesan dengan Kak Ryan dan Melody, memang hanya dengan merekalah aku sering melakukan hal itu.
Jika biasanya akan ada Kak Ryan di parkiran yang menyapaku, kali ini ada Raja yang sepertinya juga baru tiba di parkiran, terlihat dari cowok itu yang baru saja keluar dari mobilnya setelah memarkirkannya di sebelah mobil Gara. Dan mengejutkannya, ternyata ada Melody yang ikut keluar dari pintu penumpang depan mobil Raja.
Aku melirik Raja dengan tatapan menggoda dan kemudian mencolek lengan cowok itu saat aku berhasil berdiri di sampingnya.
“Cie, udah main barangkat bareng,” ledekku yang membuat cowok kaku itu mendengus kesal.
“Gak sengaja gue nemu dia di pinggir jalan, jadi gue angkut dari pada di culik,” alasan Raja tidak juga berhasil menghentikan godaanku. Mendengar itu aku malah justru semakin semangat menggodanya.
“Cepet banget lo luluhinnya, Mel?” aku beralih pada Melody, dan sahabat perempuanku itu mengibaskan rambutnya bangga.
“Gak ada cowok yang bisa nolak pesona gue, Vi. Si Raja cuma pura-pura ketus aja, padahal dalam hatinya berbunga-bunga di taksir gue,” ujar Melody begitu percaya diri. Raja lagi-lagi mendengus dan melayangkan tatapan membunuhnya pada Melody sebelum kemudian melangkah lebih dulu, meninggalkanku dan Melody yang asyik menertawakan salah tingkahnya seorang Rajata.
“Kenapa si manusia kaku?”
Aku menoleh saat mendapat pertanyaan itu dari seseorang yang ternyata belum pergi. Gara kini berdiri di sampingku dengan tatapan lurus pada kepergian Raja.
“Biasa lagi malu-malu kucing karena ketahuan udah naksir Melody,” kekehku masih merasa lucu dengan wajah memerah Raja beberapa detik yang lalu.
“Lo beneran naksir si kaku, Mel?” tanyanya beralih pada Melody. Tentu saja sahabatku itu mengangguk antusias. Setelahnya kami berjalan bersama menuju kelas, aku dan Melody berada di depan, sementara Gara dan Manda di belakang.
Aku bersyukur karena tidak harus berjalan bertiga dengan sepasang kekasih itu dan aku berharap untuk kedepannya tidak akan ada namanya jalan bertiga, karena aku jelas tak akan sanggup. Aku akan memilih menghindar perlahan dari pada harus di usir secara pelan-pelan, karena itu akan semakin membuatku terlihat menyedihkan. Untuk kali ini saja biar aku yang meninggalkan karena aku tidak siap jika harus selalu menjadi yang ditinggalkan.
֎
“Gara, ke kantin yuk,” ajak Manda yang baru saja masuk ke dalam kelasku yang tidak terlalu sepi ini karena memang ada beberapa murid yang masih berada di bangkunya masing-masing, sementara Melody, Raja dan Ervan sudah pergi lebih dulu sejak lima menit yang lalu meninggalkanku dengan Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violeta
Teen FictionTidak akan ada yang pernah baik-baik saja ketika pengakuan hanya di anggap kekonyolan. Tiga tahun, waktu yang Vio habiskan untuk mencintai sahabatnya, namun tidak sekalipun Gara melihat keseriusannya. Gara selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin me...