27.

4.1K 302 10
                                    

"Takdir bukanlah masalah kesempatan, tetapi masalah pilihan."
*
*
*
*
*

"LO LAGI?!" kata ara terkejut. Ia kemudian menggeruk frustasi rambutnya yang tidak gatal. Sedangkan Melvin hanya melihat nya santai sambil memakan nasi uduk nya

"Apa lo? Ga suka pindah sana. Gue udah di sini daritadi" kata Melvin santai. Ara menghentak hentakan kaki nya kesal. Ia sebenarnya ingin pindah tapi kursi lain sudah penuh.

"Selamat pagi anak anak, hari ini bapak akan menjadi guru di bus nya. Harap semua sudah duduk di tempat masing masing." Kata pak Ale yang juga duduk di bus tersebut.

"Ara kamu ngapain masih berdiri disitu? Duduk kamu" kata pak ale lagi.

Ara dengan pasrah akhirnya memutuskan untuk duduk di sebelah Melvin. "Turunin tas lo gue mau duduk" perintah nya. Melvin kemudian menurunkan tas nya, ia lalu menepuk nepuk kursi kosong di sebelah nya

"Silahkan duduk, tuan putri" kata nya sambil tersenyum. "Apa lo senyum-senyum begitu? Geli tau" kata ara bercanda. Ia kemudian segera duduk di sebelah Melvin.

"oke anak anak, sebelum memulai perjalanan mari kita berdoa terlebih dahulu. berdoa dimulai" pak Ale memimpin doa, lalu diikuti oleh seluruh siswa-siswi. perjalanan pun akhirnya di mulai.

para murid banyak yang sibuk melakukan aktivitas nya masing-masing, ada yang bermain gitar, makan, ngobrol santai, bahkan ada yang sedang tidur.

"Mau ra?" Tanya melvin menawarkan nasi uduk yang sedang ia makan. Ara melirik nya sekilas lalu menggeleng sebagai jawaban "no makasih gue udah makan". Melvin hanya mengganguk lalu melanjutkan makannya.

Susana hening seketika, Melvin sibuk dengan sarapan nya sedangkan ara sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia dari kemarin masih memikirkan perkataan asga di rooftop.

"Vin, lo pernah gak kehilangan orang yang lo cintai?" Kata ara kepada Melvin. Melvin yang ingin menyuap nasi uduk ke mulut harus terhenti seketika. Ia meletakkan kembali sendok nya.

"Kenapa nanya gitu?" Tanya nya.

"Tinggal jawab aja kok ribet" ucap Ara sewot

"Euummm..." Melvin terlihat berpikir sebentar, ia menatap langit-langit bus diatasnya.

"Pernah" jawab Melvin singkat. "Terus lo gimana? Sedih nggak?" Tanya Ara lagi. Kini tatapan mata ara beralih ke samping, menatap Melvin yang masih melihat ke atas.

Melvin terlihat lebih serius dengan pembicaraan ini, walaupun ia sebenarnya tidak tau kemana arah pembicaraannya. Melvin memperbaiki posisi duduk nya, ia juga lebih dulu membuang nasi uduk nya yang sudah tinggal sedikit setelah itu ia menatap mata Ara.

"Lo tau gak ra? Kita emang punya rencana tapi semesta punya kenyataan ra. Gue selalu percaya itu. Dan gue juga dari dulu belajar untuk gak berharap terlalu besar sama manusia, gue juga dari dulu selalu megang perkataan seseorang yang sampe sekarang masih gue inget. Lo boleh cinta sama orang, tapi lo gak boleh berlebihan. Inget, takdir punya yang di atas, bukan kita yang ciptain. Terus kalau lo tanya sedih atau enggak, ya jujur gue sedih. Tapi ya mau gimana" jawab Melvin panjang lebar.

Ara yang mendengar hanya termangu diam. Ia tidak menyangka seseorang yang bandel, badboy, punya perkataan yang begitu dalam. Melvin yang melihat ara hanya bengong mencoba menyadarkan nya, ia menghalangi pandangan ara dengan tangannya

"Haloo, ra kok lo malah bengong sih hey Araaaa" teriak Melvin di akhir kalimat nya. Ara yang tersadar dari lamunannya terkejut mendengar panggilan melvin. Ia kemudian merebahkan diri nya di punggung kursi.

MELVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang