16.

6K 394 17
                                    


"Musuh terbesar manusia adalah emosinya sendiri."
*
*
*
*
*

Suara pintu kamar terbuka, deru langkah kaki terdengar mendekat.

Ara, yang sedang menikmati malam di dekat jendela kamar terpaksa menoleh kepada pencipta deru langkah kaki tersebut.

"Eh Mine, Lo gak pulang?" Tanya Nya

Jasmine Elena, sang penenang. Lebih sering di sapa Mine. Ia merupakan remaja wanita yang cantik dan sangat dingin, tak jarang para lelaki berusaha mendekati nya tapi kebanyakan dari mereka gagal.

Ia merupakan perempuan keturunan Indonesia-Australia. Salah satu bule dari ke 6 nya. Walaupun se dingin es, ia merupakan pendengar yang baik. Tak jarang mereka lebih nyaman bercerita kepada Mine.

Mine duduk di sebelah Ara yang sedang menatap keluar jendela. Ia membuka bungkus rokok Nya lalu menyalakan satu batang Rokok tersebut. Asap mengepul di kamar markas itu.

"Mau Ra?" Ia menyodorkan satu batang Rokok. Ara menoleh kepada Mine sambil Menggeleng sopan. Ia tidak terlalu suka Rokok, hanya ketika saat stress ia menghisap nya.

"Gak tidur? Udah jam 11 Ra" tanya nya mengawali pembicaraan.

"Nanti, gue lagi merenungi nasib."

Mine hanya diam sambil mengikuti arah tatap Ara ke Langit malam. Bulan sabit indah meliuk di atas sana. Malam yang menenangkan

"Menurut Lo posisi gue salah gak Min? Gue disini sebagai adik tapi gue di kekang sama mereka min. Apa gue salah kalau gue ngebantah?" Tanya Ara yang masih menerawang keluar jendela.

"Lo tau gak Ra? Kadang yang nama nya hidup gak harus sesuai alur nya. Kita boleh aja menolak kalau kita gak mau. Tapi yang pasti satu Ra, mereka tetap kakak Lo. Gue yakin mereka sayang sama Lo"

Ara terdiam mendengar nya. Ia memikirkan kembali masa lalu dimana ia selalu diminta menurut. Ia disuruh belajar ia menurut, diminta Ikut Basket ia ikut, sampai di usia 16 kemarin ia diminta mengikuti kelas bisnis di Australia, ia pun menurut.

Tapi kali ini di usia nya yang ke 17 ia menyerah. Ara yang sekarang berbeda, ia tidak lagi seorang yang penurut seperti dulu. Kini ia lebih sering membantah kakak-kakak nya. Ia Lelah.

"Berat banget Ra pikiran lo, pacar lo gimana Ra?" Ucap mine sambil terkekeh.

"Gue sayang banget min sama Asga, dia penyemangat gue sampai sekarang. Gue berharap gue bisa selama nya sama dia"

"Kalau Melvin?, Melviano?"

Ara menoleh datar kepada mine, ia tau teman nya ini sedang bercanda. Ia sangat tidak suka dengan Melvin. Ia melayang kan pandangan tidak bersahabat kepada Mine.

Mine tertawa setelah nya.

"Yaelah Ra, Ra, gitu gitu dia ketua geng juga kaya Elo".

"Yang lain udah pada pulang Min?" Tanya nya mengalihkan pembicaraan.

"Emm.. udah, tinggal ada Selina sama Erika. Michelle sama manda udah pulang. mereka berdua mau tidur disini kayak nya".

Keheningan terjadi di antara mereka berdua. Kedua nya sama sama menatap Langit malam dengan pikiran nya masing-masing. Sampai akhirnya semua berubah.

Suara deru motor dan klakson terdengar kencang dari arah luar markas. Mine dan Ara saling tatap sebelum kedua nya berlari keluar kamar menuju pintu markas.

"WOY CAITLIN AMARA SYAHPUTRI YANG TERHORMAT! KELUAR LO BANGSAT" Ucap Sella sang ketua Thunder.

Mereka ber 7 sampai di markas Clevera tepat Pukul 23.30. masing-masing dari mereka turun dari motor sport nya. Mereka keluar lalu mengedor-gedor pintu Markas Clevera.

MELVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang