31.

3.7K 255 4
                                    

"Masalah akan menjadi lebih besar jika kita melepas tanggung jawab"
*
*
*
*
*

"woe broo darimana aja lo?" Samudra yang sedang bermain ps segera menoleh kepada Melvin yang baru pulang. Yang lain juga ikut penasaran darimana Melvin pergi

Melvin segera melepaskan jaket geng nya, ia kemudian menggantung nya di pintu kamar utama markas Phantara, Mevin kemudian ikut berkumpul dengan mereka yang sedang bermain ps di ruang tamu markas.

"Dari taman kota, lumayan macet pas balik" kata Melvin, ia kemudian menghela nafas panjang dengan muka yang terlihat lesu. Raka yang sedang makan cemilan segera menyadari ada yang aneh dengan muka ketuanya itu.

Ia yang duduk di sebelah Revan segera berpindah ke sebelah Melvin, Raka kemudian menepuk pelan pundak ketuanya itu

"Lo kenapa bos?" Tanya Raka. Melvin hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk melihat lantai markas. Ke 3 nya ikut melihat ke arah Raka dengan tatapan penuh pertanyaan, Sedangkan raka hanya mengangkat bahu nya tanda tidak mengerti

"Leon kemana?" Tanya Melvin mengalihkan pembicaraan. "Di rumah dia" jawab Viktor singkat. "Udah balik emang?" kata Melvin lagi. Viktor hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Vin lo kalau ada apa apa cerita aja, gak usah sungkan. Kita bakal dengerin kok" Samudra yang sedang bermain ps nya segera meletakkan terlebih dahulu mainannya itu, ia kemudian menatap Melvin serius.

"iya Vin sans aja" sahut Revan yang juga segera meletakkan ps nya.

"engga gue gapapa, gue ke kamar dulu ya" kata Melvin, ia kemudian segera berjalan menuju kamar tidur yang tersedia di markas Phantara. Yang lain hanya bisa bertanya tanya sendiri ada apa dengan ketua nya itu.

markas malam ini tidak terlalu malam, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Para anggota Phantara yang lain juga sudah pulang, kini hanya tersisa mereka ber lima di markas. Rencananya mereka akan menginap di Markas.

Sampai di kamar Melvin tidak langsung tidur, ia lebih dahulu berdiri di depan jendela yang langsung mengarah pada halaman depan markas. Ia menatap langit malam yang cerah serta bulan yang menghiasinya.

Langit di atas menang cerah, tapi tidak dengan Melvin. Semenjak pulang dari taman kota ia lebih banyak diam dan merenung. bukan dari taman kota, lebih tepatnya saat bertemu Ara dan kekasih nya.

"Gue emang terlalu berharap" katanya pelan sembari menatap ke hamparan langit malam.

Saat sedang diam tiba tiba hp milik Melvin berdering, ada chat masuk dari hp miliknya. Ia segera merogoh saku celana nya dan mengambil hp tersebut.

Terdapat nama yang ia sangat benci sekarang, Viona mantannya.

Ini nomor nya Melvin kan??
Melvin?
vinn?
ini vionaaa
melvinn
jawab donggg

hm?

ih kok hm doangg

knp? lngsung to the point aja

mamah minta kmu ke rumah, buat makan malem.

ck, batin Melvin dalam hati

gue gk mau, kita kan udah gak ada hubungan apa2 lagi.

ya gampang sih klo gk mau, aku tinggal telfon mamah kamu buat nyuruh kamu dateng.

Melvin mencengkram erat hp nya. Ia sangat muak dengan ancaman Viona. Ia lebih muak lagi dengan kedua orangtuanya yang selalu membela Viona walaupun hubungan mereka sudah selesai.  Orang tua Melvin masih mengharapkan hubungan baik antara Melvin dan Viona walaupun ia sangat malas sebenernya.

MELVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang