Mood

7.8K 1.2K 256
                                    

It was true.

Awalnya Jun hanya bisa diam sepanjang hari. Termenung memandangi testpack bergaris dua tanpa henti. Berulang kali membaca rangkaian huruf tercetak tebal di surat berstempel rumah sakit.

Terhitung 36 jam semenjak ia menginap di apartemen kekasihnya, Jun masih betah di posisi seperti sekarang.

"Sayang.."

"Hm."

"Panggil aku papa."

"Ya, papa sayang?"

"Oh tuhan, ternyata begini rasanya..

Lagi."

"Wen Junhui, kau tidak mau mandi?!"

"Shireo.
Mau membiasakan diri dulu dipanggil papa."

"Kau punya panggilan tersebut sejak Lexa umur 3 tahun. Jangan bercanda."

"Beda.
Ini untuk anak sendiri tau.
Oh. Apa aku harus buat panggilan baru? Popa, misalnya?"

"Pabo lebih cocok."

"Ah sayaaang~"

"Bangun, sebelum mood swing ku kambuh."

Malas. Siapa yang ingin bangkit dari tempat tidur kalau ini adalah hari Minggu?

Terlebih Jun punya hari langka yaitu libur yang ia gunakan berleha-leha sejak kemarin. Makanya cuma bisa menggeser tubuh, bukan menuruti permintaan si ibu hamil.

Seseorang hampir saja mengamuk kembali. Namun terhenti saat melihat dominannya sedikit menaikkan diri, dari tiduran menjadi setengah duduk beralaskan tumpukan bantal di belakang tubuhnya.

"Sini."

"Apa?
Mau bilang kasurnya empuk?"

"Astaga, bukan.
Aku akan menahan diri selama 9 bulan ke depan. Tenang."

"Bagus."

"Ayo bicara.
Kali ini sebagai calon orang tua."

Seketika Minghao menghela nafas lembut.

Alisnya tak lagi menukik dan kini senyum tipis terukir.

Perlahan naik ke atas kasur. Merebahkan diri dengan posisi kepala di atas paha Junhui.

Pemandangan yang bagus untuk keduanya.

Dimana Jun yang topless, kini dapat menjadi penyegar mata sosok di bawah sementara Hao yang sibuk memuja sang kekasih, tak sadar kini bajunya tersingkap.
Karena seseorang sepertinya masih belum percaya kalau di balik perut rata yang kini ia usap, terdapat nyawa yang berbagi darah dengannya.

"You happy?"

"Kkk kau tau aku sudah dua hari seperti orang gila."

"Tiga.
Hari dimana kau cemburu pada kasir nuna dan paman dokter itu juga gila."

"Kay, maaf."

"Gwaenchana, aku suka."

Jun sedikit memalingkan pandangan guna menatap ke bawah, lalu berdecih. Setelahnya ia fokus kembali menghangatkan bagian tubuh Minghao yang kini menjadi tempat favorit baru untuk disentuh.

"Kau ingin mempercepat pernikahan kita?"

"Untuk apa?"

"Kau tau.. kita sudah punya dia.
Mungkin kau khawatir nanti tidak akan terlihat bagus kalau pernikahannya digelar 4 bulan lagi?"

"Benar.."

"Bulan depan.
Setuju?"

"Jangan tanya aku.
Mingyu dan Wonwoo yang tau kapan ballroom bisa disewa dan-"

"Sshh. Itu mudah."

"Baiklah.
Lalu apa lagi yang perlu dibicarakan?"

"Baby Wen."

Senyum lebar perlahan merekah kala Minghao mendengar panggilan mungil tersebut secara langsung.

Dirinya cuma bisa terkekeh sebelum menautkan jari di atas tangan seseorang yang masih setia mengusap permukaan perutnya.

"Ada apa dengan baby Wen, hum?"

"Janji jaga dia sebaik mungkin."

"Okay."

"Baby Wen juga. Janji jaga mama baik-baik. Tidak boleh nakal di sana."

"Ya, papa~
Mungkin sedikit membuat mamanya mual tidak apa. Dia tau aku mulai terbiasa."

"Aish.. dia nakal sejak dini, huh?"

"Kkkk apa sih."

"Oh ya!
Kamu mau apa?
Orang hamil biasanya ada keinginan untuk makan sesuatu kan??
Ayo bilang! Nanti aku buat!"

Wen Junhui??

Menawarkan diri untuk memasak di hari libur???

Wow. Kim Mingyu akan jantungan kalau mengetahui ini.

"Aku belum ada di fase itu, sayang.
Mungkin dua atau tiga bulan ke depan..
Aku masih tidak nafsu makan, tau."

"Yaah...."

"Tapi kalau cemilan aku tidak akan menolak."

"Apa? Kalian mau apa?! Ayo sebutkan, nanti papa buat!!"

"Pfft tebak.
Jajanan dari Perancis."

"Banyak. Rasanya? Bentuknya?"

"Gurih.. sedikit manis..
Aku terakhir makan waktu sekolah menengah, tapi sepertinya berbentuk panjang."

"My dick."

"....."

"Apa?
Aku sekolah di Perancis.
Dan kau tau, punyaku juga rasanya-"

"Diam.
Selera makan ku benar-benar hilang sekarang."

"Y-yah! Sayang!"

"Ah!
Aku ingat namanya!"

"Jinjja?!
Apa? Apa??"

"Churros."

"......."

"Wae? Kau tidak bisa buat?"

"Sayang, Churros itu dari Spanyol."

"...i hate you."

"iYA IYA OKAY!
Mulai sekarang Churros berasal dari Perancis!"

"Good."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✓Black and White [JunHao MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang