Bitter

6.4K 1.1K 170
                                    

Aneh.

Rasanya ada yang tidak beres dengan tubuhnya kala Minghao berkaca pagi ini.

Masih dengan piyama kesukaan, namja manis itu terus berpose dengan sedikit menyingkap atasan bajunya.

"Junie."

"Ya?"

"Bukankah.. seharusnya aku sudah ada di fase menerima tendangan kecil atau pukulan dari dalam sini?"

"Molla. Tapi dulu Wonwoo mulai merasa pergerakan di bulan ke lima akhir sih."

"Lusa aku masuk bulan tujuh."

"....."

"Jun, aku khawatir."

"No, sayang. Kau ingat kan kata dokter, kalian sehat. Ini cuma mood swing biasa, tenang saja."

"Aku mau check up.
Ke dokter yang berbeda."

"Hh.. baiklah.
Tapi besok.
Aku harus kerja dulu sekarang."

"......"

"Baby jaga mama baik-baik, ya~
Annyeong~"

Kepergian sang suami tak lagi bisa dicegah meskipun rasa gelisah tak berpindah dari dalam dada.

Minghao seharian hanya mondar-mandir di ruang tengah. Menggigiti jarinya. Melupakan makan dan kebutuhan lain saking janggalnya perasaan.

Tidak salah sih.

Enam bulan sudah terlewati. Kehidupannya memang mulus dijalani.
Tapi kenapa tak ada perubahan dari visualisasi tubuh si manis?

Ia seakan stuck di bulan ke empat dan tak berubah sama sekali.

Sebuah siasat membawa Minghao ke atas timbangan.

Namun ternyata gundahnya semakin parah kala sadar bahwa angka sekarang lebih kecil dari angka sebelumnya.

"Benar juga.
Beratku stagnan sejak satu bulan lalu.
Sekarang malah turun.."

.....

"Kita ke dokter, baby."

Bermodal dompet dan handphone di selipan jaket. Tangannya terulur buru-buru memanggil taksi kala berhasil keluar rumah, mencari jalan besar.

Walau perjalanan sedikit jauh, tapi Hao usahakan menapakkan kaki di teras rumah sakit pusat kota.

Sayang sekali tinggal satu langkah yang seharusnya berpijak, gravitasi menariknya jatuh hingga berlutut di bawah dan membuat sekitar heboh seketika.

Kenapa?

Kenapa Minghao tidak bisa merasakan kakinya?

Kenapa ia tidak bisa mendengar suara khawatir orang-orang dan malah sibuk menahan dingin dari segala arah?

Kaki yang mati rasa.
Suhu tubuh turun drastis.
Dan nyeri yang perlahan terasa dari pinggul ke bawah..

"S-sakit.."

"Tolong-"

Tidak, ia tidak mampu mengeluarkan suara lagi.

Perutnya benar-benar terasa tidak karuan.

Ia tidak tau bagaimana kejadiannya kala langit-langit ruang UGD seketika menjadi pemandangan pertama dalam satu kali kedip.

Jerit tertahan masih terdengar, namun kita tau kalau semakin sakit rasanya..

..semakin sulit untuk menangis atau bahkan berteriak.

Satu yang otak rasional Minghao masih tangkap ketika para perawat mengelilingi adalah, handphone.

✓Black and White [JunHao MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang