Baby

8K 1.1K 168
                                    

"Sudah."

"Lama juga."

"Ey, gini-gini aku orang yang agamis, tau. Jadi khusyuk kalau berdoa."

"Junie, disini banyak malaikat. Tidak boleh bohong. Dosa."

"Maaf."

Minghao terkekeh sebelum menatap nisan bertuliskan ibu dari orang tersayangnya. Tanpa menangkupkan tangan ke depan dada, ia pejamkan mata.
Dalam hati berdoa untuk ketenangan di alam sana.

Sama sekali tidak awas kalau Junhui menatapnya dari ujung mata dan tersenyum kecil.

"Kau mau tau apa doaku?"
Kelopak mata Minghao perlahan terbuka. Mendongak ke samping, bertemu pandang dengan wajah tampan seseorang.
"Aku berdoa supaya ibuku minta pada Tuhan untuk kesehatan calon cucu dan menantunya."

"Jadi kau percaya Tuhan itu ada."

"Sudah kubilang, aku ini agamis."

"Kkkk~ arasseo.
Gomawo."

"..dulu ibu ingin sekali anak perempuan."

"Oh ya?"

"Um.
Agaknya terkabul sih.
Anaknya selingkuhan ayahku perempuan kkkk~"

"......"

"Ayo pulang.
Aku tidak mau berlama-lama di sini."

Pulang, yang berarti pergi ke tempat asal mereka. Dua setengah jam di pesawat. Siap kembali berkutat dengan aktivitas sedia kala.

Namun sesampainya di negara tempat tinggal, Minghao tak pulang ke apartemennya. Melainkan ke rumah Junhui untuk sementara.

Dinner berdua dengan keheningan yang dipecah denting alat makan. Keduanya sibuk dengan isi kepala masing-masing sampai tidak sadar kalau sudah terlalu lama berada di sini.

"Jadi.. um.. aku berpikir.. kalau..
Ada baiknya kita serumah, kan.."

"Ya, lalu?"

"Mau beli rumah baru?"

"Memangnya kenapa dengan rumah ini?"

"Tidak apa-apa.
Cuma.. kan.. kita menikah.. kau tau?
Aku belum memberikan istriku apapun, dan aku sedikit terganggu memikirkannya."

"Ah. I know.
Memangnya Mingyu memberikan Wonwoo apa waktu mereka menikah, hm?"

"Kok Mingyu?!"

"Aku tau kau sebenarnya cuma tidak mau kalah dengan boss satu itu. Iya kan?"

Tepat sasaran. Makanya Junhui terbahak sampai mendongakkan kepala dan mengusap air mata di ujung pelupuk.

Betul, sih.

Meskipun ia sadar diri kalau belum mampu membelikan pulau pribadi untuk bulan madu seperti si Kim, tapi ia tau kalau begitu cara benarnya memperlakukan orang yang kau sayangi setengah mati.

Bukan, bukan maksud menghargai pasangannya dengan barang bernilai atau apapun.
Lebih dari itu, memberikan separuh hartamu adalah bentuk kecil yang kasat mata dari besarnya cinta yang tak kasat mata.

"Kau mengenalku dengan baik.
Yah.. aku memang suka berlebihan supaya menang dari ayahnya Kim siblings. Tapi untuk kali ini.. aku murni ingin memberi hadiah untuk kamu."

"Kasihan anakku tidak dianggap."

"Astaga, nanti.
Baby Wen nanti ada saatnya tenang saja."

"Kkk~ okkie. Kalau begitu suka-suka papa. Mama nurut aja."

Selanjutnya, bisa kita dengar suara benturan sebab Junhui menubrukkan kepalanya ke meja.

"Ngomong-ngomong.. Junie..
Aku juga ada kepikiran dari tadi.."

✓Black and White [JunHao MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang