Mingyu menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Menatap tamu tak diundang yang kini duduk manis berhadapan. Tiba-tiba ramai mengisi ruang kantor di pagi nan indah.
Padahal jelas sekali wajahnya terlihat lelah. Jun juga tau kalau Mingyu belum 24 jam memijakkan kaki di Korea. Tapi masa bodo. Ia harus berbagi kabar gembira.
"..dan tebak sekarang berapa umur kandungan Hao?!"
"Delapan.. jalan sembilan.."
"GEUCHI! Kata dokter, kalau hitungannya benar, maka 2 minggu lagi aku jadi Papa, Gyu! DUA MINGGU! ASTAGA! KAU DENGAR?!"
"Iya, Junhui. Selamat."
"Jadi aku harus apa?"
"Huh??"
"Kan mau punya anak. Aku harus apa?"
"Ya tidak tau, bodoh! Rumah tangga mu, kenapa tanya aku?!"
"Kau berpengalaman."
"Aish-"
"Apa aku harus menemaninya saat lahiran nanti?"
Hampir saja suara Mingyu kembali naik, namun tertahan setelah melihat bagaimana kaki temannya tak bisa diam tanda gelisah.
Benar juga.
Meskipun umurnya hampir kepala empat, ini adalah pengalaman pertama Junhui.
Setelah berbagai kejadian dialami, segala lika liku cobaan dan pilihan, temannya sampai pada titik paling mendebarkan semenjak menjadi dominan.
Mungkin dulu pemuda Kim ini memiliki keluarga serta kerabat yang banyak memberi nasihat atau wejangan. Tapi Jun? Ia cuma punya Mingyu dan Wonwoo yang paham betul gerak geriknya tanpa perlu dibicarakan seperti sekarang.
Maka pria dalam balutan jas itu kembali duduk tenang. Menyandarkan punggungnya ke sandaran, lalu menyesap kopi sedikit sambil mencuri pandang ke sosok yang masih duduk tegang sabar menunggu penjelasan.
"Kau.. yakin kuat?"
"A-apa?"
"Melihat pasanganmu lahiran. Kau kuat?"
"..semenyeramkan itu, Gyu?"
"Entahlah.. tapi aku punya perasaan seperti ini saat melihat Wonwoo terpejam karena obat bius untuk dilakukan operasi,
'Dia bisa saja terbangun.. atau tidak sama sekali. Maka aku harus disini terus menggenggamnya walau mungkin telapak ini tak lagi hangat nanti.'
Berlebihan. Tapi kau pasti mengerti bagaimana rasanya."
"Kau pernah tanya Wonwoo tidak, apa rasanya sakit seperti mau mati?"
"Aku tidak tanya, aku melihatnya langsung. Kau tau kan, Wonwoo tak pernah jelas mengutarakan perasaannya. Sebisa mungkin menyembunyikan sakit.
Jadi ketika.. dia mengeluh lemah di depanku.. sambil menahan tangis.. sambil menarik keras bajuku..""Malah kau yang menitikkan air mata. Iya kan?"
"Kkkk~ begitulah."
"......"
"Tenang saja! Menyenangkan kok rasanya mendengar langsung tangis bayi setelah beberapa jam menunggu! Perasaan itu tak akan mampu digantikan sejumlah uang kalau aku bisa bilang!"
"Um. Aku sangat menantinya.
That's why.. aku harus kuat. Ya kan Gyu?
Toh Hao juga pasti sangat sangat kuat."Senyum tulus diberikan sang sahabat yang kali ini tak lagi bosan mendengar curhatan Junhui.
Semua pekerjaan ia sisihkan. Berganti dengan kedua kaki yang bertumpu di atas meja guna menikmati keluh kesah pria di seberang.
Pertanyaan demi pertanyaan terlontar.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Black and White [JunHao MxM]
FanfictionBukankah mereka sama, meskipun penampilannya berbeda? Warn! MxM Alternative Universe OOC Mpreg Disclaimer! Pictures and names are used to visualise only. They're not mine and credits belong to their original owners.