"Aku menyukaimu, chef."
Jeda beberapa detik terasa lama bagi Junhui kala memproses kalimat sederhana yang keluar dari sosok di depannya.
Terkejut, bingung harus merespon apa.
"..waw.
Ini pertama kalinya aku dilangkahi."
"Ah. Biasanya kau yang menyatakan perasaan duluan?"
"Of course.
Aku dominan.""Kalau begitu nanti harus kau, orang pertama yang bilang cinta padaku. Okay?"
Benar juga.
Minghao kan hanya mengaku suka, kenapa Jun sampai salah tingkah?
"Kkkk~
Kau pikir aku akan mencintaimu?""Ne.
Setelah mengenalku, kau tidak akan bisa lepas dari pesonaku.""Omong kosong kalau tidak ada bukti, baby."
Curang sekali.
Minghao harus menggoda dengan beberapa kalimat untuk membuat pria tampan ini salah tingkah. Tapi saat counter attack datang hanya dengan satu kata berlafalkan sayang, Minghao bungkam seribu bahasa dengan wajah merah hingga ke telinga.
Padahal ia tau kalau satu kata tersebut hampa artinya.
"Let's go.
Anak-anakku sudah pulang semua. Tinggal kita-""Mau kemana?"
"Terserah."
"Kalau begitu ke lantai atas saja, gimana?"
"Room?"
"Um.
Kita butuh istirahat, kan?
Habiskan malam dengan obrolan sebelum lelap sepertinya bukan kencan yang buruk.""Kalau begitu apa kau keberatan kalau aku pesan single suite room sekarang?"
"..satu kasur?
Pfftt punya rencana apa kau, Chef Wen?""Kau tau.
Pasti tau."Desir darah Minghao terus mengalir deras seakan mengacak isi kepala serta tubuhnya. Segala fantasi tak berdasar mulai berkeliaran, dan beberapa sentuhan biasa mulai agak sensitif ia terima tiap Junhui tak sengaja berada di dekatnya.
Mereka pria dewasa, tentu. Tidak masalah bagi keduanya untuk memulai pendekatan dengan cara nan ekstrim.
Dirinya tak habis pikir apa rencana Junhui sampai rela menghabiskan 400 ribu won hanya untuk 12 jam sewa ruangan berdua dengan orang yang baru ia kenal.
Begini kah pendekatan yang ia maksud?
Well, persetan dengan segala asumsi.
Yang pasti Minghao yakin kalau dunia sedang berpihak padanya malam ini.
"Daebak.."
Puja namja manis di sana saat memasuki ruangan dengan nuansa temaram lampu keemasan menyapa indera penglihatan yang sejauh mata memandang, hanya ada kemewahan terpampang.
Jun melenggang begitu saja layaknya rumah sendiri.
"Aku harus kembali bekerja lagi besok pukul 10. Kau?"
Sebuah obrolan pembuka dimulai.
Minghao tersenyum, melepas jaketnya menyisakan kaos kuning dan celana jeans biru terang yang kontras dengan pakaian formal yang biasanya ia gunakan untuk bekerja.
"Aku flexible.
Yang penting sore harus sudah di sana.""Sini naik. Kasurnya empuk kok."
Memang terlihat nyaman. Tapi dari tadi jantungnya terasa tidak aman saat Jun dengan santainya mengenakan sleeveless shirt hitam yang melapisi tubuh bagian atas. Jiplakan tipis jelas terbayang makanya sebisa mungkin yang lebih muda mengalihkan fokus ke mana pun selain sosok di hadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Black and White [JunHao MxM]
FanfictionBukankah mereka sama, meskipun penampilannya berbeda? Warn! MxM Alternative Universe OOC Mpreg Disclaimer! Pictures and names are used to visualise only. They're not mine and credits belong to their original owners.