Minghao terkekeh menatap sosok yang kini menggerutu tidak jelas saat melampirkan sehelai pakaian ke tubuhnya.
Berkali-kali ia melirik baju semalam yang ternyata kotor bercampur dengan sampah berisi cairan. Sebuah keteledoran sehingga memaksanya mengenakan chef jacket untuk keluar kamar.
"Padahal baju ini mau kubawa pulang untuk dicuci. Sialan."
"Makanya jangan gegabah kalau melihat mangsa, chef Wen.."
"Kau tidak bilang kalau tubuh mulusmu menyimpan tatto seksi di sekujur bahu, bagaimana aku tidak lapar?"
"Okay, berarti kalau terlanjur lapar sampai membuka baju kemudian melemparnya asal, kau harus berhati-hati saat melepaskan pengaman setelah menggunakannya. Supaya tidak mengotori sekitar- wah, bajuku juga kena."
"Sorry.
Itu juga..tidak sabar karena harus ganti yang baru."Terpasangnya kancing terakhir di baju Junhui menjadi tanda untuk Minghao mendongak. Masih dalam balutan selimut, anak itu tersenyum kala sebuah kecupan manis didapat dari sosok yang kini sudah tampan berbalut seragam kesukaannya.
"Kau yakin bisa check out sendiri nanti?"
"Ya.
Kerja sana. Aku tau kau sibuk.""Kalau masih sakit minta room service saja untuk antarkan brunch, okay?"
"It's okay. Aku bisa turun ke bawah sekalian pamit, sekedar melambaikan tangan pada mu."
"Pamit?"
"Mau pulang.
Hari ini aku izin absen kerja."Raut cemas seketika membuat Jun duduk di sisi pria tanpa pakaian di atas kasur.
Bagaimanapun ia tetap seorang pria jantan yang siap meminta maaf lantaran rasa bersalah langsung menyeruak ketika tau keluh sakit lah yang menjadi alasan Minghao untuk berani tak masuk kerja sekarang.
Dan sakit tersebut adalah berkat permainannya semalam yang dari sampah terlihat, tiga ronde mereka nikmati.
"Mau ku antar?"
"Kerja, bodoh."
"Ani-"
"Shh. Tenang. Aku izin kerja bukan karena sakit.
Cuma tidak yakin bisa menutupi bekas cinta di sini."Jelasnya secara sensual, seraya mendongakkan kepala memamerkan leher jenjang dengan berbagai luka kemerahan hasil karya sosok yang kini tersenyum miring melihatnya.
"Kau yang minta, baby."
"I did.
Lain kali aku harus bawa make up untuk menyamarkannya.""Lain kali?"
"Kau tidak mau?"
"Beri tau aku kalau kau siap."
"Jadi kita akan bertemu lagi?"
"I told you I love you."
"..apa itu berarti kita-"
"Jam 10.
Aku harus pergi.
See ya later!"Junhui pergi.
Pergi untuk menghindar, sebab ia masih ragu atas hubungan yang dibangun secara singkat bermodal sosok yang sepenuhnya merupakan tipe kesukaan namun belum dikenalnya lebih jauh.
Tapi yah, bagi Minghao begitu saja cukup.
Ia sudah terlampau senang mendapatkan kata 'sampai jumpa'.
Sebelumnya, yang selalu didengar namja manis di sana hanyalah 'selamat tinggal'. Atau bahkan pergi tanpa pamit kemudian tak kembali.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Black and White [JunHao MxM]
FanfictionBukankah mereka sama, meskipun penampilannya berbeda? Warn! MxM Alternative Universe OOC Mpreg Disclaimer! Pictures and names are used to visualise only. They're not mine and credits belong to their original owners.