prolog

67 18 0
                                    

Seketika langit menjadi sangat gelap, asap-asap kabut putih menghiasi bagian langit yang menghitam.


Terdengar sangat nyaring suara hentakan kaki dimana-mana.
Teriakan demi teriakan masih terngiang sangat jelas bahkan terdengar nyaring di telinga anak lelaki yang tengah jatuh tersungkur.

Suasana hatinya kacau dan tidak menentu.
Emosinya meluap tidak terkendali.

Sesekali dia tertawa sangat kencang.
Disisi lain matanya yang sudah lebam akibat tangisan deras yang keluar.

Lelaki itu hanya diam menyaksikan ciptaannya membalaskan dendam.

Matanya menjadi saksi betapa kacaunya suasana di desa itu.

Pertumpahan darah terlihat disepanjang jalan.
Aroma amis dan anyir tercium menyeruak kehidung.

"Ini sudah sangat keterlaluan, apa yang telah ku perbuat. Mengapa jadi seperti ini!"
Teriakan yang sangat jelas diucap oleh lelaki itu.

"Hentikan!"

"Cukup!"

Langit-langit hitam dan kehancur demi kehancuran menjadi saksi bisu melihat kepiluan lelaki yang tengah jatuh tersungkur.

"Terlambat! Kau tidak berhak memerintahku lagi, aku bebas melakukan apa yang aku suka. Haha"

Suara teriakan yang terus semakin menjadi dengan di iringinya suara tawaan.

"Duniaku! Aturanku!"
Matanya hitam dengan cipratan darah itupun menajam.

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang