[Follow dulu sebelum baca]
❝ 𝙄 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡. 𝙄 𝙖𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙬𝙞𝙡𝙡, 𝙚𝙫𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙤𝙪𝙜𝙝 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙧𝙚 𝙬𝙧𝙤𝙣𝙜. ❞ - Hericane, LANY
Mereka bilang, banyak yang lebih baik.
Mereka bilang, kamu itu bencana.
Mereka bilang, aku hanya...
Mau kasih clue dikit. Aku balasin komen kalian tandanya mau update ya, jd maaf kalau terkesan basi bgt wkw
Ah ya! Gong xi fat chai untuk yg merayakan!💖
Glenn Fredly — Sedih Tak Berujung X Bon Iver — Skinny Love
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mbak, tolong bayarin taksi di depan ya."
Setelah berkata begitu, Abel langsung melangkah tergesa menuju tangga tanpa menutup pintu lagi. Rosi yang baru selesai mengangkat jemuran sontak terkejut melihat anak majikannya.
"Bel? Kamu kenapa?!"
Abel tidak menjawab. Begitu tiba di kamar, gadis mengunci pintu, dan melangkah menuju meja belajar. Ia duduk dengan posisi kepala menunduk, keningnya menempeli kedua tangannya yang terlipat.
Tak ada suara musik yang memenuhi telinga, hanya ada suara AC. Seketika suara Widura saat mencegah kepergiannya terngiang di benak. Dengan gemetar, tangan Abel bergerak meremas daun telinganya sendiri.
Lalu berganti dengan suara lirih Estrella yang memanggil namanya.
Gadis itu langsung menutup lubang telinganya rapat-rapat.
Sendatan gadis itu melemah, ia duduk tegap sembari menghirup napas panjang lewat mulut. Matanya melirik sekilas benda pipih di hadapannya, padahal benda itu telah disetting menjadi mode silent. Layarnya menyala lantaran Widura yang terus-menerus menelepon.
Abel langsung mengambil ponselnya dan menolak panggilan yang baru saja masuk. Ia memblokir nomor Widura, ia lalu memblokir satu persatu akun media sosial laki-laki itu. Semuanya. Abel tak ingin ada lagi Widura. Abel ingin Widura menghilang dari kehidupannya.
Masih merayakan kesedihannya, gadis itu memilih lagu Sedih Tak Berujung untuk menemani kesunyiannya. Air matanya tak dapat dibendujg mengingat kenangan demi kenangan yang sudah tak ada artinya lagi.
Abel termenung. Bibirnya menarik napas panjang, tangannya pelahan mengusap tengkuknya. Kepercayaan yang selama ini telah ia bangun terasa sia-sia. Harapan yang selama ini telah ia gantungkan terasa sia-sia. Kesetiaan yang selama ini ia pertahankan juga sia-sia. Semuanya sia-sia.
Dirinya kembali disia-disiakan.
Jika saja ia lebih dewasa sejak awal mungkin Widura tidak akan berpaling. Jika saja ia lebih pengertian mungkin Widura tidak akan jengah. Abel memejamkan matanya, hal ini membuat air matanya tak henti mengalir.
Siapapun setuju bila putus cinta bukanlah hal mudah, kecuali bagi mereka yang tak pernah merasakannya.
Abel membuka matanya, saat itulah ia tak sengaja melihat kumpulan foto candid sosok gondrong yang ia jepret dari polaroid. Ia tertegun. Enggan merobek foto itu— bahkan untuk menyentuhnya saja ia tak sudi. Tetapi, pandangannya menetap pada foto itu.