[Follow dulu sebelum baca]
❝ 𝙄 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡. 𝙄 𝙖𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙬𝙞𝙡𝙡, 𝙚𝙫𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙤𝙪𝙜𝙝 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙧𝙚 𝙬𝙧𝙤𝙣𝙜. ❞ - Hericane, LANY
Mereka bilang, banyak yang lebih baik.
Mereka bilang, kamu itu bencana.
Mereka bilang, aku hanya...
Maaf ya lama banget karna emg prosesnya cukup ruwet
Tapi makasih banyak udh apresiasi dan selalu nunggu, semoga berkenan ninggalin jejak berupa vote/komen ya!💞
John Mayer — You're Gonna Live Forever In Me
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TAK tahan dengan dengkuran kencang laki-laki di sebelahnya, Widura bangun dari tidurnya, ia keluar dari kamar, laki-laki itu duduk di sofa ruang tengah bersama Eja sambil menonton TV. Kievlan menyuruh Widura agar menginap di apartemennya sampai dua hari ke depan.
Saat di perjalanan tadi, Eja dan Kievlan yang menjemput mereka sempat gambling perihal Abel. Namun, gadis itu memutuskan untuk pulang sore nanti. Akhirnya, Kievlan mengantar perempuan itu ke kamar tamu yang terletak di paling pojok untuk beristirahat.
Sedangkan Widura, hanya duduk bersandar di sofa, sesekali melirik ke pintu kamar perempuan itu. Saat di mobil tadi, Abel memberi tahu orang rumah jika ia tengah menolong temannya yang baru saja dapat musibah subuh-subuh.
"Lo nggak laper apa?"
"Lo beli apa emang tadi?"
"Gue belom beli apa-apa. Mau ngorder makanan bingung tapi apaan ya yang enak?" Eja terdiam sejenak. "Cewek lo ajak makan tuh."
"Lo mau makan apa?"
"Kan tadi gue bilang gue bingung, bambang." Eja menjeda sesaat. "Tapi sebenernya nasi uduk oke-oke aja sih, bubur juga oke... ya, bebas sih. Lo beli apa aja gue makan."
"Yaudah tunggu ya."
"Mau kemane lo?"
"Cewek gue lah." Widura menurunkan kedua kaki dari sofa.
"Heh anjing masih pagi, woy!" Seru Eja, ia refleks melempar bantal ke Widura. Laki-laki itu terkekeh. Ia menangkapnya dan melempar balik ke arah Eja.
Dengan langkah tenangnya, Widura berjalan ke arah kamar yang ditempati Abel. Entah apa yang ada di dalam otaknya, namun tangan kanannya bergerak meraih kenop.
Ia terkejut bahwa ternyata pintu kamar itu tidak dikunci. Widura mendorong kayu jati di hadapannya. Gorden jendela yang tidak tersibak, dan lampu yang dimatikan membuat suasana kamar semakin temaram. Tubuh Abel yang terbungkus selimut meringkuk di atas kasur.
Sedikit ragu, laki-laki itu memberanikan diri masuk ke dalam, melangkah mendekati ranjang, lalu duduk di sisi yang kosong. Dan perempuan itu bergeming.
Meski Widura tahu Abel tidak tidur dan perempuan itu pasti merasakan kehadirannya. Tapi ia tidak bergerak sama sekali, dan matanya tetap terpejam.