41

845 116 135
                                        


Monmaap temen2 baru dateng!!!

Plis bgt, stay healthy ya kalian! Jangan kemana2 dulu due this pandemic, karna kabar org meninggal udh hampir tiap hari ada. Jd, please jaga banget diri kalian yaa!💖☹️

Minta votenya bole ga? Biar aku semangat wkwkwk

XXXTENTACION— difference (interlude)

PROSESI pemakaman yang dihadiri kurang lebih lima puluhan orang berlangsung hikmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROSESI pemakaman yang dihadiri kurang lebih lima puluhan orang berlangsung hikmat. Kebanyakan mereka adalah para siswa kelas XII SMA La Verna dan juga mahasiswa Universitas Indonesia. Laki-laki berbaju koko hitam yang rambutnya dicepol, tetap berdiri di sebelah papan kayu yang bertuliskan nama seseorang yang teramat berarti dalam hidupnya.

Kelopak matanya membengkak, meski sudah tak ada lagi airmata di sana. Kedua tangannya terbuka di depan wajah, bibirnya mengaminkan setiap doa yang dirapalkan sang ustadz.

Seusai berdoa, matanya melirik ke arah jam 3– kepada perempuan berambut ikal yang berdiri di dekat pohon beringin besar.

Hingga, beberapa kerumunan orang meninggalkan makam, pandangan laki-laki itu tak lepas dari sosok yang kini dirangkul kekasihnya keluar. Widura akhirnya berpaling ke kedua orangtuanya sekilas sebelum akhirnya jatuh ke papan nisan.

Pandangannya kosong. Hatinya hancur. Pikirannya melayang kepada kenangan yang ia miliki bersama jenazah yang telah dikubur setengah jam lalu.

Meski tak punya hubungan darah, Mayanglah satu-satunya anak yang menyambut kehadiran Widura penuh antusias disaat balita. Maka tak heran jika ia bukan hanya figur kakak bagi Widura.

Karena, Mayang lebih dari itu.

Selain pengasuhnya, Mayang lah perempuan yang merawatnya semasa kecil. Mayanglah orang pertama yang selalu mengkhawatirinya. Mayanglah orang yang rela dipukuli Caesar untuk melindunginya.

Sampai pada saat Mayang menginjak usia tujuh belas tahun, Mayang sadar jika ia menyukai teman adiknya sendiri— yang mana tetangganya juga. Namun, Mayang tak ingin siapapun tahu, terutama Widura.

Hingga pada akhirnya, terjadilah kecelakaan yang merusak hubungan kedua sahabat itu selama beberapa tahun. Dari sana, Widura merasa harus pasang badan untuk Mayang.

Bahkan, saat perempuan itu mulai mencoba obat-obatan terlarang, Widura rela mengatakan pada Affan bahwa barang itu miliknya. Meski ia merasa begitu bodoh membiarkan Mayang hanyut pada obat-obatan terlarang. Widura ingin melindungi Mayang, bagaimanapun caranya.

Rasanya yang terjadi saat ini tak ada yang aneh, seolah ia hanya sedang bermimpi, pagi besok ia melihat Mayang lagi. Karena Widura tak pernah menyangka bila Mayang meninggalkannya secepat ini.

Di hadapannya, terlihat Affan tak pernah meneteskan air mata di depan anak dan istrinya, tidak sama sekali, bahkan saat jenazah dimakamkan.

"Yuk pulang yuk," ujar Affan. Tangannya melingkari lengan istrinya, memberi usapan lembut.

[BHC #2] Gulma | ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang