[Follow dulu sebelum baca]
❝ 𝙄 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡. 𝙄 𝙖𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙬𝙞𝙡𝙡, 𝙚𝙫𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙤𝙪𝙜𝙝 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙧𝙚 𝙬𝙧𝙤𝙣𝙜. ❞ - Hericane, LANY
Mereka bilang, banyak yang lebih baik.
Mereka bilang, kamu itu bencana.
Mereka bilang, aku hanya...
Hai gais, wkwkwk makasih ya buat antusiasnya dan apresiasinya di part kemarin, dan semoga suka sama part ini!
Vote dulu yuk biar semangat akunya^^
Flora Cash - You're Somebody Else
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KETIGA perempuan yang sedang berbaring di ranjang kamar Giska, refleks menoleh ke sosok yang baru saja berdiri di ambang pintu.
"Lo mencret ya?" Tembak Anika, melihat Estrella yang kini mendekat, ikut duduk di sisi ranjang.
Giska melepas sheet mask-nya, lalu beranjak dari ranjang, membuang lembaran itu ke tempat sampah mini sebelum akhirnya pindah ke sofa berwarna dustypink yang berada di samping rak buku dan menyandarkan tubuhnya di sana.
"Lama banget ya emangnya?" sahut Estrella.
"Menurut L?" Sambil memijat wajahnya, satu tangan Giska mengambil ponselnya di atas perut, kembali berbalas pesan dengan pacarnya.
"El—" Melihat hal ganjil di pergelangan tangan Estrella, Aci langsung terduduk, menghadap Estrella. "Itu kenapa?" Lanjutnya, menunjuk tangan gadis itu.
Kontan, baik Giska maupun Anika langsung mengalihkan perhatiannya ke arah yang Aci tuju.
"Gak papa, kebaret."
"El, are you okay?" Giska langsung berpindah ke samping Estrella. Hanya Anika yang bergeming di tempatnya. Gadis berambut hitam legam itu bahkan tak sadar jika alisnya sudah tertaut selama lima belas detik.
"Gak make sense banget lah kalo baret begitu, jelas-jelas itu karena silet."
"Apaan sih?" Estrella langsung melipat tangannya, menutupi bagian sayatannya.
"El, lo kenapa? Ceritain aja ke kita," ujar Aci.
"Kita gak bakal kepo doang kok, pasti kita bakal kasih solusi." Sambung Giska.
"Apaan deh kalian? Gak jelas ih." Estrella terkekeh ringan. Suara kekehannya memancing ketiga lawan bicaranya saling bertukar pandang.
Peka terhadap situasi, Giska menggeleng ke arah Aci dan Anika dengan bibir yang terlipat, seolah memberi isyarat, 'Jangan maksa, mungkin dia belom siap'
Namun—
"Tapi weh, beneran apa lo, El?"
—Giska lupa jika temannya yang satu ini lola alias gak connect.
"Beneran apa?"
"Waktu itu," sahut Aci, lugu. Sontak Giska dan Anika langsung bertukar pandang lagi dengan mata melebar. Kalau boleh jujur, mereka juga kepo terhadap hal ini. Ternyata, ada untungnya juga punya teman lola.