Malem semua, gmn? Ada yg masih bangun? Wkwkwk😅😅
Maap ya baru dateng. Btw, bsk aku up lagi. Info lengkap baca a/n di bawah ya🤗
Btw, makasih banyak ya untuk antusiasmenya. Semoga ga keberatan buat vote/komen di part ini. Karna aku mau tau keluh kesah kalian😁✌🏻
Maliq & D'Essentials — Untitled
WIDURA tidak dapat mengontrol kegugupannya. Keringat dingin perlahan membasahi bawah hidungnya. Deru napasnya terasa sesak setiap kali pandangannya jatuh ke ruangan unit gawat darurat.
Widura sudah mengabari Eja, dan Kievlan. Yang Widura sayangkan, ia tak bisa menghubungi Affan ataupun Paula, karena memang ia tak memiliki keberanian untuk membunuh Mayang.
Pernapasannya membaik seiring jantungnya berdebar-debar, karena kini dari arah pilar persimpangan, terlihat dua laki-laki ber-hoodie hitam dan kemeja print yang tengah berjalan menghampirinya.
Mereka adalah Kievlan dan Eja.
Eja mempercepat langkahnya saat tatapannya jatuh kepada laki-laki gondrong yang beranjak dari kursi dengan ponsel digenggamannya. Pula Kievlan yang menenteng goodie bag berisi makanan ikut mempercepat langkahnya.
"Gimana Mayang?"
"Gue masih nunggu kabar dokter," Widura menelan ludahnya. "Gue takut dia OD doang. Demi Tuhan."
"Bismillah. Enggak. She'll be fine... bismillah," sahut Eja,
Widura otomatis menoleh ke Kievlan saat merasakan sahabatnya menepuk bahunya dua kali.
"Dia sekarang masih di UGD?" ujar Kievlan.
Widura menunjuk pintu UGD di belakangnya.
Begitu duduk di kursi tunggu depan ruang UGD Widura menceritakan kronologi yang diceritakan oleh Agra, perihal tadi siang Mayang sempat kambuh di tongkrongan dekat kampusnya. Kievlan dan Eja diam, sabar mendengarkan Widura. Lalu Eja memijat sebelah pundak Widura,seolah menyalurkan kekuatan.
Mayang di ruang UGD masih belum siuman, tak ada satupun keluarga yang dihubungi kecuali dirinya.
Sebetulnya, terakhir kali Widura membawa Mayang check up, dokter pernah mengatakan telah terjadi kerusakan pada sel otak Mayang. Dan hingga sekarang, dokter masih belum mengabari detail keadaan kakaknya.
"Mohon maaf kalian ini siapanya pasien ya?"
Kehadiran sosok laki-laki berjas putih yang baru keluar dari pintu UGD, mengharuskan ketiga laki-laki itu menoleh.
"Saya adeknya, dok." Widura langsung bangun.
"Ok, bisa ikut saya sebentar?"
Dengan debaran jantung hebat, Widura mengikuti langkah laki-laki itu menuju pilar depan kamar UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BHC #2] Gulma | ✓
Novela Juvenil[Follow dulu sebelum baca] ❝ 𝙄 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡. 𝙄 𝙖𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙬𝙞𝙡𝙡, 𝙚𝙫𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙤𝙪𝙜𝙝 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙧𝙚 𝙬𝙧𝙤𝙣𝙜. ❞ - Hericane, LANY Mereka bilang, banyak yang lebih baik. Mereka bilang, kamu itu bencana. Mereka bilang, aku hanya...