[Follow dulu sebelum baca]
❝ 𝙄 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡. 𝙄 𝙖𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙬𝙞𝙡𝙡, 𝙚𝙫𝙚𝙣 𝙩𝙝𝙤𝙪𝙜𝙝 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙧𝙚 𝙬𝙧𝙤𝙣𝙜. ❞ - Hericane, LANY
Mereka bilang, banyak yang lebih baik.
Mereka bilang, kamu itu bencana.
Mereka bilang, aku hanya...
Hai semuanya! Maaf ya aku lama. Aku lama karna aku kebanyakan mikirin mereka wkwkw:(
Dan buat part ini... kutunggu antusias kalian lewat vomment!❤️
LANY - Hericane
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ABEL tak jadi turun dari motor saat Widura menyuruhnya untuk tetap duduk. Perempuan itu mengernyit, memandangi punggung Widura sejenak sebelum akhirnya beralih ke rumah yang terletak di sebuah gang terpencil pinggiran kota di depannya.
"Ini rumah siapa, Kak?" Abel membuka kaca helmnya.
Widura terdiam.
"Menurut lo mending masuk aja apa nggak usah?" Ujar Widura, lima detik kemudian.
"Emang ini rumahnya siapa?"
Widura terdiam lagi.
"Ih, kak? Ditanyain juga."
"Kak?"
Masih sama.
"Eh— kok malah jalan lagi?!" Abel refleks berjengit, melihat Widura kembali men-starter motornya.
"Itu rumah orang tua gue."
Suara Jughead berteriak dari laptop menyadarkan Abel dari lamunannya. Ia teringat kejadian tadi sore saat Widura mengantarnya pulang. Widura mengajaknya sebentar ke rumah orangtuanya. Yang membuat Abel bingung, setahunya Widura itu anaknya bapak Affandi— pemilik yayasan La Verna.
Tetapi, kenapa malah bukan?
Abel menghela napasnya. Ia menyelipkan rambutnya dibalik daun telinga sebelum membuka kolom obrolannya dengan Widura.
Rayvanna Nabila: Kak Wid
Hampir lima belas menit berlalu, pesan Abel belum juga dibaca. Gadis itu mendecak kesal, dan mengubah posisi tidurannya jadi miring.