Aku sadar sepenuhnya aku terlampau mudah mengulang kesalahan yang sama, aku sudah mencoba untuk tidak mengulangi perbuatan itu, tapi pertahanan ku jebol juga akibat dorongan hawa nafsuku yang begitu kuat.
Keesokan paginya, selesai sarapan, aku berbicara kepada ayah mertuaku yang saat itu lagi merawat bunga di halaman belakang.
"Ayah maafkan, Tuti, ya," ujar ku sembari duduk di samping ayah mertuaku.
"Sudah jangan di bahas lagi," ucap ayah sembari membersihkan rumput yang ada di sekitar bunga kesayangannya.
"Tapi, Tuti sudah melanggar perjanjian kita Yah," ujar ku menatap wajah ayah mertuaku.
"Perjanjian yang mana?" tanya ayah mertuaku.
"Perjanjian untuk tidak mengulangi seperti semalam, Yah," ujar ku menjelaskan kepada ayah.
"Oh, itu, ayah mengerti perasaanmu, ayah tau semalam kamu pengin sekali," ujar ayah sambil tersenyum ke arahku.
Aku pun tersenyum dan tersipu malu mendengar ayah berkata seperti itu.
Akhirnya kami tidak lagi membahas kejadian semalam.
"Sudah jangan di bahas, sekarang bantu ayah ya," pinta ayah kepadaku.
"Bantu apa, Yah?" tanyaku.
"Itu bunga pindahkan ke sini," kata ayah menunjuk ke salah satu bunga.
Aku pun berjalan menuju ke salah satu bunga yang di tunjuk ayah.
"Yang ini, Yah?" tanyaku melihat ke arah ayah mertuaku.
"Iya, bawa kesini, kuat kan?" tanya ayah mertuaku.
"Iya kuat, Yah," jawabku menahan berat bunga tersebut.
"Angkat ayah kuat, masa angkat bunga tidak kuat," kelakar ayah mertuaku.
"Ayah, ini bicara apa," ucapku denganku ketus.
"Ha....Ha....Ha." Ayah tertawa.
Ketika aku membantu ayah, ibu mertuaku berdiri melihat kami di pintu belakang rumah.
"Senangnya melihat mantu dan mertua akrab," canda ibu mertuaku.
"Sini bantu, Bun," ujar ayah kepada ibu mertuaku.
"Bunda, sibuk, Yah," jawab ibu mertuaku.
"Tuti jangan di suruh angkat yang berat-berat, Yah," tegas ibu mertuaku.
"Iya, Bun," jawab ayah singkat.
"Sudah sana, kamu masuk," bisik ayah pelan ke kepadaku memintaku masuk ke dalam rumah.
Setelah aku masuk, ibu mertuaku menegurku.
"Kamu jangan kerja yang berat-berat, Nak," ujar ibu mertuaku sambil melihat ke arah perutku yang sudah membuncit.
Aku hanya terdiam menundukkan kepalaku.
"Hari ini waktunya kamu periksa kan," tanya ibu mertuaku.
"Iya, Buk," jawabku lirih.
"Kamu minta antar ayahmu dulu ya, ibu tidak bisa antar, hari ini ibu sibuk sekali," ujar ibu mertuaku.
"Iya, Bu," ucapku.
"Sana siap-siap dulu, Nak," pinta ibu mertuaku.
"Iya Bu," ucapku kemudian berjalan ke kamar mandi.
"Ayah...." Panggil ibu mertuaku.
"Apa, Bunda sayang," jawab ayah melihat ke arah ibu.
"Antar Tuti periksa," kata ibu.
"Iya, Bun, sebentar lagi selesai," jawab ayah sambil menyiram bunga kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH DENGAN AYAH MERTUA
Любовные романыKisah perselingkuhan antara ayah mertua dan menantu. Perkenalkan namaku Tuti usia 25 Tahun. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku sudah menikah satu tahun dan belum mempunyai anak. Suamiku, Mas Sugeng Usia 26 Tahun dia anak tunggal dan bekerja d...