Kini kehamilanku menginjak bulan ketiga, dimana pada bulan ketiga ini bayi di dalam perutku sudah mulai peka terhadap sentuhan.
Jadi aku bisa mulai mengelus perutku dan mengajak bayiku bicara.
Di usia ketiga bulan kehamilanku ini, aku mendapat kabar dari suamiku.
Saat kami makan malam.
"Dik, aku punya kabar gembira," kata suamiku menatap ke arahku.
"Kabar apa, Mas?" tanyaku penasaran.
"Aku akan jadi pengawas Dik," jawab suamiku sambil tersenyum ke arahku.
"Serius Mas?" Tanyaku terkejut.
"Iya Dik," tegas suamiku.
"Syukurlah, Mas, aku senang mendengarnya," ujar ku menatap ke arah suamiku yang sedang menyantap makam malam.
"Tapi, Dik----" Suamiku menghentikan perkataanya.
"Tapi apa, Mas," balasku penasaran.
"Tapi, aku di pindah ke luar kota," ucap suamiku sambil melihat ke araha ku dengan tatapan sayu.
Saat aku mengobrol dengan suamiku, kemudian ibu mertuaku datang.
"Ayahmu kemana?" tanya ibu mertuaku kepada kami.
"Masih nonton tv, Bu," jawab suamiku.
"Ayah....Ayo makan!" Teriak ibuku memanggil ayah mertuaku.
Tak lama kemudian ayah datang, kemudian kami berempat kumpul di meja makan.
"Bu, katanya mas Sugeng di pindah tugas," kataku membuka percakapan.
"Di pindah tugas kemana?" tanya ibu mertuaku melihat ke arah suamiku.
"Ke luar kota, Bu," jawab suamiku dengan tegas.
"Loh, kok jauh," kata ibu mertuaku.
"Iya untuk sementara, Bu, pabrik baru di luar kota butuh seorang pengawas, Sugeng yang di pilih, Bu," ujar suamiku menjelaskan kepada ibu mertuaku.
"Berapa lama, Geng?" tanya ayah mertuaku.
"Tiga bulan, Yah," jawab suamiku melihat ke arah ayah.
"Lama ya, Mas," ujar ku lirih.
"Demi kesuksesan suamimu," kata ayah sambil memandangku penuh makna.
Sepertinya ayah mertuaku senang sekali mendengar kabar kalau suamiku akan ke luar kota selama tiga bulan.
"Aku ikut ya, Mas," pintaku kepada suamiku.
"Tidak usah, Nak, kamu lagi hamil, mending disini saja, ada ayah sama ibumu yang jaga kamu," ujar ayah melihat ke arahku dengan tatapan tajam.
"Iya kamu disini saja Dik," ucap suamiku melihat ke arahku.
"Kamu harus jaga kesehatan kamu, Nak," timpal ibu mertuaku.
Mendengar mereka melarang ku ikut, aku hanya bisa diam tanpa kata.
"Kapan berangkat, Nak?" tanya ibu kepada suamiku.
"Besok lusa Bu," jawab suamiku tegas.
Perasaanku bercampur aduk, bagaimana jadinya jika suamiku tidak ada di rumah.
Saat ada suamiku saja ayah mertuaku sudah berani menggauliku, bagaimana kalau suamiku tidak ada, entahlah aku pasrah saja dengan keadaan.
Setelah kami selesai makan malam, kemudian aku membereskan piring di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH DENGAN AYAH MERTUA
RomantizmKisah perselingkuhan antara ayah mertua dan menantu. Perkenalkan namaku Tuti usia 25 Tahun. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku sudah menikah satu tahun dan belum mempunyai anak. Suamiku, Mas Sugeng Usia 26 Tahun dia anak tunggal dan bekerja d...