Kini aku mencoba untuk membuka lembaran baru, meski masa laluku kelam dan penuh kenangan buruk bersama ayah mertuaku.
Kenangan yang penuh dengan dosa dan maksiat, tapi aku yakin pasti selalu ada jalan dan pintu baru yang bisa kita buka untuk memulai hidup baru.
Dalam hidup, setiap orang pasti akan menghadapi kenyataan yang mau tidak mau, membuka lembaran baru, harus memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan pada saat sebelumnya.
Melupakan kejadian yang terjadi sebelumnya agar tidak semakin jatuh terpuruk untuk bangkit dan menjalankan hal yang baru.
Namun, membuka suatu lembaran baru dalam kehidupan tidaklah semudah membuka lembaran baru di buku.
Tidak mudah memang untuk melepaskan lembaran yang lama, melupakan kejadian bersama ayah mertuaku, namun halaman baru tentu sudah menunggu untuk dibuka, dibaca dan diisi dengan perjalanan hidup yang baru.
Dan aku mulai menjalaninya dengan mengurus semua persiapan ini, semoga lembaran baru yang menjadi awal kehidupan yang baru ini menjadi suatu hal yang baik bagiku dan keluargaku.
Hari-hariku kini aku jalani seperti biasanya,
Ayah mertuaku sudah menganggap diriku sebagai menantunya bukan lagi sebagai kekasih gelapnya.Di saat makan malam bersama, beliau tampak biasa saja, tidak ada lagi rayuan dan kata-kata romantis.
Begitu juga saat aku sendirian, biasanya ayah datang menghampiriku dan mengajakku melakukan hubungan terlarang, tetapi kini beliau sudah tidak melakukannya lagi.
Pada suatu malam saat ibu sudah tidur tepatnya pukul 22.30 Malam, aku duduk sendirian di ruang tamu membaca novel.
Saat aku membaca novel, aku melihat ayah mertuaku pergi ke kamar mandi, tidak berselang lama ayah datang menghampiriku.
"Lagi baca nove Nak?" tanya ayah sembari duduk di sampingku.
"Iya, Yah," ujar ku menganggukkan kepalaku.
"Jangan malam-malam tidurnya, jaga kesehatannya supaya bayimu sehat," ujar ayah berpesan kepadaku.
"Sebentar lagi, Yah, masih tanggung," ucapku.
"Ya sudah ayah tidur dulu ya, Nak" kata ayah beranjak dari tempat duduknya.
"Iya, Yah," jawabku melihat ke arah ayah yang berlalu pergi dari hadapanku.
Ayah mertuaku sepertinya sudah benar-benar bertaubat.
Dua bulan berlalu.
Sampai suatu pagi aku menerima telepon dari suamiku.
Suamiku : Halo Dik.
Aku : Iya Mas.
Suamiku : Dik, bulan depan aku pulang.
Aku : Syukurlah Mas, aku sudah kangen.
Suamiku : Aku juga kangen Dik, sampaikan ke ibu dan ayah ya, aku mau lanjut kerja.
Aku : Iya Mas.
Aku jadi tidak sabar ingin bertemu suamiku, selama di luar kota aku dan suami berkomunikasi hanya lewat telpon, kebiasaan-kebiasaannya membuatku rindu.
Walaupun dia sering membuatku jengkel, tapi setelah dua bulan tidak bertemu rasanya rindu juga.
Ada kalanya hatiku lemah dan merasa ada yang kurang ketika suami tidak ada di sisi.
Setelah menerima telepon dari suamiku, aku pun menyiapkan sarapan untuk ayah dan ibu mertuaku.
Saat kami bertiga sarapan, aku memberitahukan kepada kedua mertuaku bahwa suamiku akan pulang bulan depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH DENGAN AYAH MERTUA
RomanceKisah perselingkuhan antara ayah mertua dan menantu. Perkenalkan namaku Tuti usia 25 Tahun. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku sudah menikah satu tahun dan belum mempunyai anak. Suamiku, Mas Sugeng Usia 26 Tahun dia anak tunggal dan bekerja d...