EPISODE 11 TUJUH BULAN KEHAMILANKU

77.5K 528 20
                                    

Kini kehamilanku menginjak usia 7 bulan, di usia kehamilanku saat ini aku merasakan gerakan bayiku dengan lebih jelas dan kadang terjadi di malam hari saat aku hendak tidur yang mengakibatkan aku susah tidur.

Selain itu aku juga mudah lelah, kadang aku merasakan pusing, mual, bahu pegal, perut tidak enak dan leher pengin dipijat.

Di pagi hari saat aku bangun tidur, badanku terasa pegal dan malas untuk beraktifitas.

Karena sakitku ini, aku Sampai tidak menyiapkan sarapan pagi untuk kedua mertuaku.

Kemudian ibu mertuaku datang menghampiriku di dalam kamar, karena aku sejak pagi tidak keluar kamar.

"Kamu sakit, Nak?" tanya ibu seraya duduk di samping ranjang.

"Badan Tuti sakit semua, leher juga sakit, Bu," jawabku sambil memegang leherku.

"Periksa ya, Nak," ujar ibu kepadaku.

" Tidak usah, Bu, Tuti pingin di pijat," ujarku.

" Ya sudah ibu panggil tukang pijat ya," tanya ibu.

" Iya, Bu," jawabku mengangguk.

"Itu biasa, Nak, apalagi sekarang usia kehamilanmu tujuh bulan, itu hal biasa," jelas ibu mertuaku.

"Iya, Bu," aku menganggukkan kepala mendengar penjelasan ibu mertuaku.

Tak berselang lama ayah mertuaku datang dan menghampiri kami di dalam kamar.

"Kenapa, Bun?" tanya ayah.

"Tuti katanya pengin di pijat, Yah?" jawab ibu melihat ke arah ayah.

"Bunda saja yang pijat," ujar ayah kepada ibu mertuaku.

"Bunda mau panggil tukang pijat," kata ibu.

"Tidak usah, nanti malah di pijat perutnya, Bun, bahaya," ujar ayah mertuaku.

"Ya, sudah Bunda coba pijat ya, sana ayah jaga toko dulu," kata ibu mertuaku.

" Iya, Bun," jawab ayah seraya pergi dari kamarku.

10 menit kemudian datang kembali masuk ke dalam kamarku.

"Bun, ada yang beli- beli, ayah tidak tau harganya," kata ayah kepada ibu mertuaku.

"Sudah ada tulisannya, Yah," ujar ibu mertuaku.

"Yang di beli banyak, Bun," kata ayah.

Kemudian ibu mertuaku pergi meninggalkan aku dan ayah berdua di dalam kamar.

"Ayah yang pijat ya?" kata ayah menghampiriku.

"Memangnya ayah bisa?" tanyaku melirik ke arah ayah.

"Bisa, pasti kamu ketagihan pijitan ayah," ujar ayah.

"Leher saja ya, Yah," kataku menyuruh ayah untuk memijat leherku.

"Iya sayang," ujar ayah.

"Ayah.... Tuti sudah bilang kalau di rumah jangan panggil sayang," cetusku.

"Oh iya maaf, Nak," kata ayah.

"Enggak bisa tengkurap ya, Nak," ujar ayah.

"Perut Tuti sudah besar, Yah," ujarku kepada ayah.

"Duduk saja ya," suruh ayah kepadaku.

"Tuti pengin tiduran, Yah, kepala Tuti pusing sekali," ujarku.

"Ya sudah telentang saja," kata ayah.

Setelah aku telentang, terasa tangan ayah mulai memijat-mijat pundakku.

SELINGKUH DENGAN AYAH MERTUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang