Hari demi hari aku dan ayah mertuaku semakin bertambah mesra, yang pada awalnya hanya saling lirik dan senyum, kini sudah mulai meningkat menjadi saling remas walaupun hanya sebatas remasan tangan.
Apalagi akhir-akhir ini aku merasa semakin bergairah, ingin selalu berhubungan, jika tidak aku akan menjadi stres dan uring-uringan, mungkin ini pengaruh dari kandunganku.
Pagi itu aku bangun pukul 05.00 pagi, kulihat pintu kamar mertuaku masih tertutup.
Seperti kebiasaanku dalam rumah tangga, akupun membereskan rumah seperti kewajibanku sehari-hari, setelah itu aku membuatkan segelas kopi panas untuk ayah mertuaku dan kubawa ke meja di depan tv, tempat favorit ayah mertuaku.
Tiba-tiba pintu kamar mertuaku terbuka, ternyata itu ibu mertuaku, kemudian beliau menghampiriku yang sedang menyiapkan sarapan.
"Nak, Ibu mau kepasar dulu, ya," ujar ibu kepadaku, yang saat itu aku lagi memasak.
"Iya, Bu," jawabku melihat ke arah ibu sembari melanjutkan memasak.
"Ayahmu bangunkan, Nak, suruh buka toko," suruh ibu.
"Iya, Bu," jawabku mengangguk.
Sekitar 10 menit setelah ibu pergi, aku masuk ke kamar mertuaku untuk membangunkan ayah.
Aku lihat ayah masih terlelap di sana, perlahan aku melangkah ke arah tempat tidurnya, kuperhatikan wajah ayah yang tertidur.
Betapa tenang, betapa damai, betapa gagahnya, perlahan aku usap pipi ayah serta kubelai rambutnya, dengan sedikit takut kucium pipi ayah.
Ayah bergerak perlahan, aku terkejut dan segera keluar dari kamar mertuaku.
Kemudian ayah keluar dari kamarnya untuk pergi mandi, sementara aku kembali memasak.
Aku lihat ayah selesai mandi dan menghampiriku yang lagi memasak.
"Kamu tadi cium ayah," tanya ayah kepadaku.
Aku tidak menjawab hanya mengangguk pelan.
"Ibumu kemana?" tanya ayah lagi.
"Ke pasar, Yah," jawabku lirih.
Mendengar jawabanku, tiba-tiba ayah memelukku dari belakang.
"Ayah di suruh buka toko," kataku kepada ayah.
"Nanti saja," bisik ayah di belakang telingaku.
"Ayah, Tuti lagi masak," ujarku.
"Ayah pengin lihat kamu masak," kata ayah yang semakin erat memelukku.
"kalau seperti ini Tuti tidak bisa masak, Yah," jawabku.
"Kenapa, jadi pengin ya?" tanya ayah.
"Kopinya ada di atas meja di depan tv, Yah," ujarku kepada ayah, supaya dia tidak mengangguku yang lagi masak.
"Iya nanti saja," cetus ayah yang tetap memelekku.
Kemudian terdengar pintu rumah terbuka di sertai teriakan ibu mertuaku.
"Ayah...!" teriak ibu mertuaku.
Mendengar suara ibu, ayah bergegas berlari menuju ke depan tv.
"Ayah!" panggil ibu mertuaku dengan suara lantang.
"Iya, Bun," jawab ayah melihat ke arah ibu.
"Tokonya kenapa tidak di buka," tanya ibu mertuaku sedikit kesal.
"Iya, ini mau ayah buka, masih minum kopi, Bun," ujar ayah.
"Sudah jam berapa ini, Yah, banyak pembeli yang balik," Kata ibu mertuaku sembari pergi ke toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH DENGAN AYAH MERTUA
Roman d'amourKisah perselingkuhan antara ayah mertua dan menantu. Perkenalkan namaku Tuti usia 25 Tahun. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku sudah menikah satu tahun dan belum mempunyai anak. Suamiku, Mas Sugeng Usia 26 Tahun dia anak tunggal dan bekerja d...