12|Berharap

22.5K 4.7K 8.3K
                                    

Notif jebol aku bakalan up lagi besok hehew

Yok spam komentar banyak-banyak...

Random question:

1. 3 lagu favorit kamu?

2. Mau ngomong apa sama Joshep?

3. Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar nama geng Toxic?

🍒 Happy reading 🍒

Meminta maaf kepada Aurora adalah salah satu hal yang sangat sulit untuk Arania lakukan. Bagaimana mungkin Arania mau meminta belas kasih kepada salah satu orang yang dibencinya?

Meskipun Aurora adalah wakil ketua Toxic, tapi jabatan yang Aurora emban saat ini tak bisa membuat Arania menjadi tunduk. Justru sebaliknya, Arania ingin memberontak. Arania ingin berteriak lantang kepada Aurora karena gadis itu sudah mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi haknya.

Namun jika Arania tak mengikuti permintaan Sangga, dia akan semakin kesulitan mendapatkan kepercayaan dari Sangga juga anak Toxic lainnya. Tidak ada pilihan lain, Arania harus bisa memainkan perannya saat ini dengan baik.

Berdecak malas, Arania melengos enggan melihat pemandangan di depannya saat ini. Kehadiran Aurora membuat Arania jengkel setengah mati.

Tiga hari ini Arania yang menjaga Sangga. Cukup merasa senang karena tidak ada yang mengganggu setelah Clarisa takut karena berhasil Sangga usir, kini malah datang Aurora. Pengganggu banget sih pikir Arania.

"Habisin Sangga," ujar Aurora. Sesendok bubur kacang tersodor tepat di bibir Sangga. Gadis itu nampak sedikit lelah karena Sangga masih sama keras kepalanya enggan memakan makanan yang dibawanya.

"Kenyang."

Aurora menggeleng. "Habisin dulu, satu suap lagi. Lo nggak menghargai gue."

"Nanti lagi."

Aurora menghela napas, dengan sedikit kasar meletakan piring bubur ke atas nakas. Mengambil tasnya, Aurora bangkit dari duduknya.

"Mau kemana?" Sangga bertanya lurus mencekal tangan Aurora.

"Pulang, percuma juga jenguk orang yang nggak menghargai keberadaan gue," ketusnya.

"Gue mau lo ada di sini. Gue makan," ujar Sangga menurut. Mengambil piring bubur lalu memakannya dengan lahap.

Aurora berdehem berusaha menahan tawa. Ia pun duduk kembali ditempat semula, memandangi Sangga sembari bertopang dagu sesekali tertawa kecil ketika melihat sudut bibir Sangga kotor.

Tangan Aurora terulur hendak membersihkan bibir Sangga, namun seseorang terlebih dahulu menepisnya sontak membuat Aurora terkejut.

"Lo makan kayak bocah, tau, nggak?" Arania mengusap sudut bibir Sangga menggunakan sapu tangan. Diam-diam ia menyeringai merasa satu langkah lebih maju dari Aurora.

Sangga menatap Arania datar. Raut wajahnya terlihat menahan amarah. "Jangan sentuh gue," ujarnya penuh peringatan.

Arania berdecak pelan. "Giliran gue sentuh aja marah, giliran Aurora...?" Aurora berujar dengan nada begitu menyindir.

"Sangga kalau sama orang baru emang kayak gitu, Ra. Lo jangan ambil hati ya, gue juga dulu dijutekin parah sama Sangga," ujar Aurora diselingi gelak tawa bermaksud ingin berkelakar namun tak ada respon apapun dari Arania selain wajah sinis.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang