26. Dinner and Trouble

2K 352 57
                                    

Clarissa tersenyum simpul ketika dirinya sudah berada di hadapan Sangga. Pipi cewek itu terlihat memerah, seakan malu.

Akhirnya apa yang Clarissa inginkan terwujud juga. Malam ini akan menjadi malam terindah bagi Clarissa. Untuk pertama kalinya ia dan Sangga akan makan pada satu meja yang sama. Hanya berdua, ya, hanya berdua. Hanya ada dirinya dan Sangga.

"Lo kenapa." tanya Sangga keheranan. Pasalnya Sangga memperhatikan sejak Clarissa keluar dari rumah cewek itu terus menunduk.

Clarissa mengangkat pandangan, kepalanya menggeleng. Dia seperti orang kebingungan.

"Ah, apa? Nggak papa kok," ujar Clarissa.

"Ya udah, masuk," titah Sangga tanpa repot-repot membuka pintu mobil untuk Clarissa.

"Iya."

Sangga sudah siap duduk di bangku kemudi, sedangkan Clarissa di sampingnya. Clarissa melirik Sangga melalui ekor matanya. Malam ini Sangga terlihat sangat tampan. Padahal Sangga hanya mengenakan pakaian yang simpel, kemeja hitam lengan panjang yang digulung hingga sebatas siku dipadukan dengan celana jeans.

"Bokap lo tadi di rumah?" tanya Sangga menoleh sekilas ke arah Clarissa.

"Tau kok."

"Gue nggak liat ada bokap lo."

"Papa kan selalu sibuk. Dia nggak ada waktu buat terus ada di rumah," ujar Clarissa diselingi senyuman tipis. "Aku kasih tau tadi lewat telepon."

Sangga terdiam, ia baru menyadari satu hal. Nasibnya dengan Clarissa tidak jauh berbeda. Sangga d Clarissa sama-sama menjadi korban keegoisan orang tua. Tidak pernah mendapatkan kasih sayang, hidup dengan banyak aturan, tidak pernah bisa menentukan jalan hidup sendiri.

Clarissa pasti sama kesepiannya dengan Sangga. Hanya saja Clarissa terlalu pintar menyembunyikan rasa sedihnya. Sifat dan perilaku Clarissa juga begitu sangat lembut. Dari kecil Clarissa sudah mendapatkan banyak pelajaran mengenai tata krama juga sopan santun.

Jika Sangga mencoba berpikir ulang, Clarissa tidak pantas harus mendapatkan masa depan seperti dirinya. Kenapa orang tua Clarissa masih mau menjodohkan Clarissa dengan seseorang yang sudah banyak membuat reputasi buruk.

"Nggak enak ya jadi anak tunggal. Aku baru sadar, meskipun punya banyak uang nggak jamin kita bisa bahagia," ujar Clarissa.

"Kebahagiaan itu dicari, bukan dibeli," balas Sangga.

Clarissa mengangguk, membenarkan pernyataan Sangga. Banyak orang yang mengira memiliki banyak uang adalah hal yang menyenangkan, tapi nyatanya itu akan menjadi Boomerang.

Manusia tidak akan pernah merasa puas. Bahkan jika mereka merasa kurang bisa mengorbankan seseorang. Seperti apa yang dialami Sangga dan Clarissa saat ini. Mungkin Clarissa bisa menerima perjodohannya dengan Sangga. Tapi Sangga? Dia tidak mau menerima Clarissa sebagai calon istrinya dimasa depan.

Clarissa sadar ia tidak boleh egois. Maka dari itu Clarissa hanya akan berusaha sekuat yang ia bisa, jika Sangga tetap menolak maka terpaksa Clarissa harus menjauhi Sangga.

"Kamu udah bahagia?" tanya Clarissa menatap Sangga sepenuhnya.

Sangga bergeming, tidak ada satupun orang yang bahagia ketika hidupnya dipenuhi banyak masalah.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang