32| Hancur atau Bangkit Kembali?

2.6K 247 116
                                    

"Dia masih di dalam sana, apa nggak capek teriak terus?" tanya Arania kepada Calva.

Calva menggeleng, membuang puntung rokoknya secara asal lalu membenarkan letak topinya. Hari sudah berganti malam, namun Sangga tak kunjung keluar dari basecamp.

Keadaan Sangga pasti kacau, satupun anak Toxic tidak ada yang berani mendekat. Mereka lebih memilih untuk menunggu Sangga sampai Sangga tenang dengan sendirinya.

Siapa yang tidak kecewa untuk kedua kalinya Sangga merasa dikhianati. Yang pertama Calva dan yang kedua Joshep.

Apakah nama geng juga bisa berpengaruh kepada para sifat anggotanya? Mengapa hanya geng Toxic yang dikelilingi dengan banyak orang bermuka dua. Sedangkan The Dark yang notabenenya geng suka membuat onar dengan anggota yang hampir semuanya kejam justru dari mereka satupun tidak ada yang berkhianat.

Ternyata benar kata orang, kebanyakan orang yang terlihat tenang seperti tak bermasalah justru patut dicurigai karena diam-diam menghanyutkan. Orang seperti itu lebih berbahaya dibandingkan dengan para penjahat yang suka melakukan aksinya secara terang-terangan.

"Biar gue samperin," ujar Arania memberanikan diri namun Calva menahannya.

"Lo gila? Sangga lagi nggak terkendali. Biarin dia sendiri dulu, lo nggak usah berlagak seperti pahlawan," tegur Calva.

Arania menatap pergelangan tangannya yang masih dicekal oleh Calva. Bagi Arania, larangan ada untuk dilanggar. Jadi walaupun Calva dan anak Toxic menahannya, Arania akan tetap nekat masuk ke dalam basecamp.

"Lepas!" sentaknya keras. "Cuma orang gila yang biarin temennya sendiri kayak gitu."

"Lo nggak tau apa-apa soal Sangga! Jadi lo jangan sok tau, kita lebih tau dia dibandingkan lo!" ujar Danish dengan nada keras. "Diem di sini jangan pernah lakuin apapun!"

"Bisa nggak sih sekali aja lo nggak keras kepala?" Ramond mendorong Arania, perlakuannya yang dianggap kasar membuat Lodi tak terima.

"Lo jangan gitu lah, Mon. Dia cewek, nggak usah pake dorong segala," ujar Lodi membalas mendorong Ramond.

"Jadi lo belain dia? Sadar nggak lo, dia itu cewek munafik!" sentak Ramond.

"NGGAK USAH TERIAK DI DEPAN GUE!"

Suasana berubah panas, kini justru Ramond dan Lodi yang berkelahi. Ramond yang kesal karena Lodi lebih memilih membela Arania, sedangkan Lodi tak terima sikap kasar Ramond terhadap Arania.

"Berhenti!"

Aurora yang baru datang langsung melerai perkelahian, ia berdiri diantara Lodi dan Ramond berusaha menahan dua cowok itu yang saat ini sedang saling serang.

Tenaga Aurora tidak sebanding dengan Ramond ataupun Lodi membuat Aurora kualahan. Tak peduli nanti dirinya terkena pukulan, Aurora hanya ingin suasana kembali tenang.

"GUE BILANG BERHENTI!" teriak Aurora sontak saja membuat semua orang terdiam. "TOLOL LO SEMUA! DISITUASI KAYAK GINI KALIAN EGOIS SIBUK SAMA PEMIKIRAN SENDIRI!"

Napas Aurora terengah-engah. Rasanya ia ingin menangis saja. Belum reda mendapatkan kabar mengejutkan mengenai pelaku kecelakaan yang menimpanya, kini sesama anggota Toxic berusaha saling menjatuhkan.

"Ra—"

"Dan lo!" tunjuk Aurora pada Calva. "Kenapa lo diam aja waktu temen lo ada yang berantem! Lo suka keributan?!"

Calva hendak membela diri, namun mengurungkan niatnya. "Sorry."

"Gila lo semua!" ujar Aurora berlari menuju basecamp.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang