Haloo...
Random question:
1. Jam berapa kamu baca cerita Sangga?
2. 1 karakter favorit kamu dicerita Sangga siapa?
3. 1 tokoh yang pengin kamu temui di dunia nyata
Jangan lupa vote dan komennya
~happy reading~
Sangga memberhentikan motornya tepat di depan rumah panti sederhana. Di halaman panti terdepat beberapa anak lelaki sedang bermain bola, sementara anak perempuan lainnya sedang asik bermain boneka di teras panti.
Melepas helm-nya, Sangga mengambil plastik hitam berisikan makanan penuh yang akan ia bagikan kepada anak-anak panti yang sudah Sangga anggap seperti adiknya sendiri.
Kedatangan Sangga disambut hangat oleh semua orang. Anak-anak panti berbondong-bondong mendatangi Sangga, memeluk Sangga erat.
"Bang Sangga!" seru mereka senang.
Sangga tertawa pelan, ia bersimpuh kemudian menarik salah satu bocah lelaki berkaus sedikit lusuh ia dudukan di pahanya.
"Kalian apa kabar?" sapa Sangga.
"Baik!"
"Bang Sangga, kenapa abang lama nggak ke sini? Kita kangen tau," ujar Sela. Bocah perempuan berkerudung itu memanyunkan bibir terlihat merajuk.
"Abang lagi sibuk sekolah. Baru ada waktu nemuin kalian." Sangga menyerahkan dua kantung plastik kepada Sela dan Jerry. "Ini buat kalian, kasih ke bunda dulu, ya. Nanti malah pada rebutan."
"Siap bos!" Sela dan Jerry memberi hormat. Keduanya berlari masuk ke dalam panti untuk menemui bunda Yanti, si pemilik panti.
"Shiren mana?" tanya Sangga sambil melihat sekitar. Kemana gadis berwajah oriental itu, biasanya Shiren paling semangat menyambut kedatangannya.
"Dari tadi Shiren main sendiri terus. Ada di taman, main ayunan," ujar Heru bangkit dari pangkuan Sangga. "Aku mau lanjut main ya, bang."
"Iya sana."
"Dadah abang!" Anak-anak itu pun berhamburan pergi ketempat mereka semula.
Sangga menuju taman yang letaknya berada di belakang panti. Sesampainya di taman, Sangga melihat Shiren sedang duduk sendiri di atas ayunan.
Ayunan itu tidak bergerak, hanya kaki bocah itu saja yang bergerak maju mundur dengan tatapan kosong mengarah ke depan.
Sangga lantas menghampiri Shiren, berjongkok di depan Shiren berhasil mengagetkan anak itu.
"Abang!" pekik Shiren memeluk leher Sangga erat.
Sangga tersenyum tipis, membalas pelukan Shiren. Sangga mengusap punggung Shiren, badan Shiren lebih kurus dari Sangga lihat 2 minggu yang lalu.
"Shiren pikir abang gak ke sini lagi," rajuk Shiren menguraikan pelukan. "Shiren kangen."
Sangga mengacak rambut Shiren gemas. "Iya, abang juga kangen kamu. Tebak abang beli apa sebelum datang ke sini?"
"Boneka?"
Sangga menggeleng, ia membuka resleting tasnya mengambil sesuatu lalu Sangga sembunyikan di belakang tubuhnya.
"Tutup mata kamu," titah Sangga.
Shiren memejamkan matanya, bibirnya tak henti tersenyum. Shiren bergidik saat merasakan sesuatu menempel di pipinya, ketika ia membuka mata Shiren menatap binar tiga batang coklat kini di di hadapan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSemenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih berganti menghantui hidup Sangga. Sangga bisa merasakan banyaknya beban yang pernah Rigel pikul selama men...