11| Arania atau Clarisa

19.6K 4.5K 3.5K
                                    

Tembusin 3 k vote dan 3 k komen yuk. Biar emak cepat up...

Semangatin dulu dong...

Random question:

1. Jam berapa kamu baca Sangga?

3. Tim Clarisa atau Tim Arania?

3. Sejauh ini cerita Sangga bagaimana?

Ss chapter favorit kamu, jadikan snapgram dan tag akun aku juga seluruh para pemain Sangga.

Jangan lupa bantu share cerita Sangga biar pada baca.

🍒 Happy reading 🍒

Mata Sangga mengerjap pelan, kepalanya berdenyut nyeri. Ketika membuka mata, hal yang pertama kali dia lihat adalah ruangan yang serba putih dengan aroma berdominan berbau obat-obatan.

Dahi Sangga mengernyit, ia mencoba mengingat kejadian semalam sebelum dirinya terdampar ditempat ini. Sangga ingat betul, terakhir kali ia berada di makam. Sebelum jatuh tak sadarkan diri Sangga melihat seseorang berada di sampingnya. Tetapi itu siapa?

Sangga meringis pelan berusaha bangun kemudian duduk menyandar pada punggung ranjang. Suasanya sepi, tidak ada satupun orang berada didekatnya. Kemana kedua orangtuanya? Bahkan disaat kondisi Sangga seperti ini pun baik Sintia dan Renald masih tidak peduli.

Sangga tersenyum miris. Apa yang Sangga harapkan? Dia bukanlah anak istimewa dikeluarga Dinata, kan?

"Sangga."

Bola mata Sangga bergerak sejenak ke arah pintu. Seorang gadis bersurai hitam ikal datang membawa satu parsel berisikan buah-buahan beserta makanan.

Clarisa tersenyum manis. Raut wajahnya begitu lembut juga teduh terlihat sekali Clarisa salah satu gadis anggun. Clarisa meletakan barang bawaanya di atas nakas dekat ranjang Sangga, lalu menarik kursi duduk di samping Sangga.

"Kamu udah baikan?"

Sangga hanya melirik Clarisa sekilas, mulutnya terkunci rapat seolah enggan meladeni pertanyaan basa-basi Clarisa. Fokus Sangga menatap kosong layar tv di depannya.

"Emm, kalau belum aku suapin kamu makan ya, Ngga," ujar Clarisa penuh perhatian.

"Bokap nyokap mana?" tanya Sangga.

Clarisa yang akan memindahkan bubur mangkok yang dibawanya ke atas nakas sontak tertahan. Gadis itu mengulum bibir, bimbang. Jawaban apa yang harus ia katakan pada Sangga? Clarisa tak tega jika membeberkan sebuah fakta jika kedua orang tua Sangga semalam telah pergi ke Singapura karena ada suatu pekerjaan.

Clarisa memahami betul perasaan Sangga. Tak bisa memberikan jawaban yang pasti, pada akhirnya Clarisa hanya menggelengkan kepala sebagai bentuk respon.

"Nggak tau?" tanya Sangga terdengar miris. "Lo nggak tau atau lagi berusaha menyembunyikan sesuatu. Mereka pergi kemana lagi?"

"Sangga, aku—"

"Gue mau sendiri. Lo pergi aja, nanti gue makan," ujar Sangga mengusir Clarisa.

Sangga membaringkan tubuhnya kembali memunggungi Clarisa. Sangga tak membutuhkan siapapun saat ini. Dia hanya ingin sendiri.

Dia sudah terbiasa dengan kesendirian. Ada atau tidak adanya Renald juga Sintia berada didekatnya itu tidak akan merubah apapun.

"Kamu makan sesuatu? Biar aku beliin yang baru."

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang