27. Permintaan Maaf Sangga

2.2K 402 402
                                    

Absen dulu, kalian semua dari mana nih?

Pembaca lama atau pembaca baru?
*


***

"Ra!" teriak Sangga.

Sangga memeriksa setiap sudut rumah yang sudah kosong.

Tadi Arania meneleponnya sambil berteriak meminta tolong. Sangga yang merasa khawatir pun bergegas menuju tempat Arania berada, bahkan melupakan Clarissa yang sudah Sangga tinggalkan di cafe.

Cukup lama Sangga mencari keberadaan Arania, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan satupun orang.

Sangga mengepalkan tangannya kuat, apa Arania sengaja mengerjainya?

"Keluar lo!" teriak Sangga emosi.

"Sangga hihihi!" Suara kikikan terdengar, bersamaan dengan itu muncul Arania mengenakan dress putih berusaha menakut-nakuti Sangga.

Sangga yang sudah terlanjur kesal hanya merespon dengan ekspresi datar.

"Aku akan menculikmu."

"Berhenti bercanda."

"Aku—"

"Gue bilang berhenti bercanda!" sentak Sangga menarik Arania hingga menubruk badannya.

Arania mendongakan kepalanya sembari mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menatap tangan juga wajah Sangga secara bergantian. Jaraknya dengan Sangga begitu sangat dekat. Aroma parfum Sangga tercium jelas di hidung Arania.

Aroma mengendus pelan dada Sangga, ia mencoba menyadarkan sisi kepalanya di dada Sangga. Namun sebelum sempat terjadi, Sangga lebih dulu mendorong Arania.

"Kasar banget sih!" sungut Arania mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri.

"Apa maksud lo tadi nelfonin gue?" tanya Sangga dengan nada dingin. Ekspresi wajahnya begitu datar. Kali ini Sangga tidak ingin bercanda.

Arania meringis, menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Anu, tadi gue—"

"Lo sengaja mau ngerjain gue?" sela Sangga.

Arania terkekeh. "Bercanda," ujar Arania menunjukkan dua jarinya membentuk huruf 'v'.

Sangga maju semakin mendekati Arania. Melihat gelagat Sangga seperti orang yang sedang marah, Arania memundurkan langkahnya mulai merasa takut.

Tadi itu Arania hanya sekedar ingin bercanda saja. Dia tak menyangka kalau Sangga akan benar-benar datang.

Arania pikir Sangga akan bersikap tidak peduli. Karena sebelumnya Sangga selalu tidak pernah mau bersikap manis kepadanya. Tapi ternyata ini semua di luar dugaan Arania sendiri.

Pasti Sangga sangat marah. Terlihat dari rahang cowok itu yang mengeras ditambah dengan tatapan tajamnya membuat Arania menjadi ketar-ketir.

"Ngga." Mata Arania bergerak liar. Ia menjilat bibir bawahnya karena gugup. "Gue nggak nyangka lo bakalan datang ke sini."

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang