Random question:
1. Jam berapa dapat notif Sangga?
2. Kangen apa nggak nih sama Sangga dan anak Toxic?
3. Tim sabar nunggu apa nggak nih?
Tak pernah menduga sebelumnya jika Sangga bisa termakan rencana licik Arania. Dia bahkan tidak bisa berkata-kata ketika saat ini dirinya menjadi pusat perhatian.
Hanya perkara gelang hitam, Sangga harus menaruhkan nama baiknya. Setelah ini anak Toxic pasti akan sibuk mencecarnya dengan berbagai pertanyaan konyol.
Benar saja, sesampainya di kelas, Sangga langsung mendapatkan tatapan heran dari Danish dan Calva. Sangga berusaha mengabaikannya, ia memilih duduk di bangkunya dengan tenang kemudian membaca buku yang dia bawa dari rumah.
Danish dan Calva segera menghampiri Sangga. Keduanya duduk di hadapan Sangga, Calva bertopang dagu sementara Danish duduk di atas meja menggelengkan kepala seraya bertepuk tangan pelan.
"Selamat, Ngga. Gue percaya kalau lo emang beneran normal," ujar Danish menepuk-nepuk bahu Sangga penuh bangga.
Sangga menggerakkan bahunya menyingkirkan tangan Danish. Ia sedikitpun tak menggubris celotehan Danish. Telinganya sudah ia siapkan sebaik mungkin untuk tidak mendengarkan omongan tidak penting dari orang lain.
"Udah berapa hari? Sehari? Atau 1 minggu? Wah parah lo, diam-diam aslinya backstreet," kata Calva.
"Gue nggak pacaran sama dia," ketus Sangga seraya membalikkan lembar selanjutnya.
"Ah masa? Anak cewek di kelas daritadi heboh bahas gelang hitam yang dipake lo sama Arania." Danish tertawa, apalagi mengingat kejadian pagi tadi ketika Arania tiba-tiba datang ke kelas berteriak sembari mengatakan, Gue udah jadian sama sangga woi.
Sangga menutup bukunya, menatap Danish dan Calva datar. "Dia nyuruh gue pake gelang ini." Sangga mengangkat tangan kirinya, lalu melepas gelangnya. "Dan gue cuma menghargai pemberian dia, gue males ladenin kebawelan Arania kalau gue nggak nurutin apa yang dia mau."
Calva menahan tawa, sejak kapan Sangga memiliki pemikiran mulia seperti itu? Berdalih dengan kata menghargai, Calva anggap mengistimewakan Arania. Sebelumnya banyak yang mengirimkan berbagai barang untuk Sangga, tetapi Sangga justru memilih untuk membuangnya atau membagikan kepada anak Toxic. Apa itu yang dinamakan dengan menghargai?
"Iya dah si paling menghargai." Danish mencibir halus.
"Terserah, gue nggak butuh gelang ini." Sangga melemparkan gelang tersebut tepat ke arah pintu.
Bersamaan dengan itu Arania datang dan gelang tersebut terinjak oleh Arania.
Sangga menghela napas berat, pasti sebentar lagi gadis itu akan mengoceh.
"Sangga!" Arania memungut gelang hitam tersebut tanpa basa-basi langsung menghampiri Sangga. "Kenapa dibuang?!"
"Suka-suka gue."
"Lo nggak menghargai gue banget sih. Gue beli ini biar kita kembaran."
"Gue nggak suka orang udah dibaikin malah ngelunjak. Kasih aja ke orang lain, gue nggak mau make lagi."
Arania menghentakkan kakinya ke lantai, dasar keras kepala pikirnya.
"Nggak mau tau lo harus pake!" Arania memaksa.
Sejenak Sangga berpikir, kenapa sifat Arania gampang sekali berubah? Tadi malam Arania bersikap sangat anggun dan manis. Tetapi sekarang kembali ke wujud aslinya, kerasukan reog.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Fiksi RemajaSemenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih berganti menghantui hidup Sangga. Sangga bisa merasakan banyaknya beban yang pernah Rigel pikul selama men...