29|Dia?

2.7K 392 849
                                    

Komen setiap paragraf yuk. Biar rame kayak part sebelumnya 😍

Jejaknya jangan lupa ya

***

"Memangnya siapa yang menginginkan hidup di dalam kegelapan dan dibenci setiap orang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memangnya siapa yang menginginkan hidup di dalam kegelapan dan dibenci setiap orang?"

~Arania Pelita~


***

Arania memiringkan kepalanya, menatap lurus deretan foto yang terpasang di dinding kamarnya.

Arania mengambil satu push pin kemudian ia tancapkan tepat di foto Aurora. Bibirnya menyunggingkan senyuman miring, targetnya sudah terkunci.

"Lo baik sama gue, tapi gue anggap lo itu penghalang," desis Arania. "Kalau bukan karena lo, mungkin sekarang gue sedikit bisa nguasain Toxic."

Rasa iri dan benci itu menumpuk di dalam hati Arania. Terkadang dia merasa bimbang, apakah harus melanjutkan rencananya atau tidak? Tapi disisi lain Arania terus mengingat tujuan awalnya masuk Toxic hanya ingin menghancurkan geng itu.

Katakan saja Arania munafik, bahkan bisa dikatakan bermuka dua. Tapi itu adalah sifat alami Arania. Bagi Arania, siapa saja yang dianggap sebagai penghalang akan Arania singkirkan.

Arania ingin dirinya saja yang menjadi pusat perhatian. Sekarang Sangga sudah sedikit lebih percaya. Mana mungkin Arania menyia-nyiakan kesempatan ini. Melalui Sangga, Arania bisa cepat mencapai tujuan yang dia inginkan.

Kartu AS Joshep juga sudah Arania simpan secara rapat. Jika Joshep berani bertingkah mengacaukan rencananya, maka Arania akan bongkar semua kebusukan Joshep. Termasuk rahasia besar perihal kasus kecelakaan yang menimpa Rigel dan Aurora.

Arania sudah tahu terlebih dahulu mengenai permasalahan ini. Hanya saja Joshep terlalu bodoh, dia tidak menyadari kalau Arania adalah adik dari Gada.

Berpura-pura tidak tahu apapun bahkan terkesan bodoh adalah cara Arania untuk memanipulasi keadaan. Dengan begitu satupun orang tidak akan ada yang menaruh rasa curiga kepadanya.

Anak Toxic gampang sekali tertipu. Pantas saja geng mereka banyak pengkhianat.

Sesuai dengan nama geng-nya, Toxic bukan lagi disebut dengan geng penuh solidaritas. Melainkan geng yang menjerumuskan anggotanya untuk saling menaruh rasa ketidakpercayaan satu sama lain.

"Gimana caranya gue bersimpati sama lo?" kata Arania memilin-milin rambutnya.

"Kamu nggak boleh lakuin itu!"

Arania meringis, ia meremas kepalanya yang terasa sakit.

"Jangan lakuin itu!"

"Jangan halangin gue, Jes," tegas Arania menatap Jeslyn tajam.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang