Jejaknya jangan lupa...
Spam komentar setiap part ya, vote-nya juga. Komen tembus 1000 janji bakalan langsung up lagi
Happy reading ❤️
Arania berkali-kali mengecek isi tasnya mencoba mencari topi yang sudah ia persiapkan dari rumah.
Kemana perginya topi berwarna abu-abu itu? Apel pagi sebentar lagi akan dimulai, jika Arania tidak mengikuti apel pagi lagi maka ia akan mendapatkan hukuman 3 kali lipat dari hukuman sebelumnya.
Arania sangat yakin pasti ada orang yang sudah mengerjainya. Jika nanti tahu pelakunya, maka Arania tak akan segan memberi pelajaran.
"Buruan, Ra. Udah disuruh baris tuh," ujar Zia dari ambang pintu. Berkali-kali Zia menoleh ke belakang karena hampir semua anak SMA Nusantara sudah berkumpul di lapangan.
"Topi gue nggak ada," ujar Arania berkacak pinggang. Ia menggigit bibir gelisah.
Zia berdecak keras. "Nggak usah pake topi deh, yang penting baris aja. Daripada nanti lo dihukum lebih parah lagi gimana?"
Arania membenarkan ucapan Zia. Tidak ada pilihan lain, dengan amat terpaksa Arania pun menuju lapangan tanpa memakai topi.
Sesampainya di lapangan, Arania sengaja memilih berbaris paling belakang. Kebetulan kelas Arania bersebelahan dengan kelas Lodi.
Untung saja rambutnya sudah Arania ubah menjadi warna hitam. Setidaknya saat ini Arania tidak terlalu mencolok apalagi sampai menarik perhatian banyak orang.
"Panas banget sih," gumam Arania mengelap keringat yang mengucur di keningnya.
Apel pagi hari ini terasa berjalan begitu sangat lambat. Apalagi pak Agung memberikan amanat seperti tidak ada habisnya. Murid lain pun sama seperti Arania, mereka tidak kuat menahan panasnya matahari.
"Nih pake."
Sebuah topi terjulur tepat di hadapan Arania. Arania menoleh, ia tertegun sesaat.
"Kenapa diliatin? Pake topi gue aja," ujar Lodi.
Mata Arania mengerjap, ia tidak langsung mengambil topi itu. Arania justru bersikap sok jual mahal, ia tidak mau cuma-cuma menerima kebaikan Lodi.
"Muka lo merah, nggak usah gengsi gitu. Gue nggak bakalan cepuin ke anak Toxic, apalagi ke bos Sangga," tutur Lodi seolah menebak isi pikiran Arania.
Arania mendelik. "Nggak usah sok tau. Apa hubungannya coba sama Sangga," balas Arania pelan sesekali melihat Pak Agung dan Lodi secara bergantian.
"Lo suka bos Sangga, semua anak Toxic tau itu."
"Gue nggak suka Sangga."
Lodi manggut-manggut, ia percaya saja. Meskipun Lodi tau Arania hanya terlalu gengsi untuk mengakui.
"Ini lo pake topi gue. Entar kalau ada guru yang liat lo bisa dihukum."
"Nggak, makasih. Mending gue dihukum daripada harus make topi busuk lo."
Lodi terkekeh. "Cantik tapi galak."
Tanpa meminta persetujuan dari Arania, Lodi memasangkan topi miliknya ke kepala Arania. Meskipun Arania menolak, namun Lodi memaksanya. Lodi merelakan dirinya dihukum, ia hanya tidak tega sering melihat Arania berjemur di bawah tiang bendera.
"Apaan sih," sinis Arania membenarkan letak topinya dengan setengah hati.
Lodi tersenyum tipis, pandangannya kembali fokus ke depan. Sepertinya sebentar lagi Lodi harus merelakan dirinya berjemur di bawah sinar matahari selama berjam-jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSemenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih berganti menghantui hidup Sangga. Sangga bisa merasakan banyaknya beban yang pernah Rigel pikul selama men...