09| Bukan Tanpa Alasan

24.1K 5K 3.6K
                                    

Yuk ramaikan...

Komentar setiap baris ya...
Votenya jangan lupa...

1. Masih setia nungguin Sangga up?

2. Jam berapa kamu baca Sangga?

3. Kalian dari kota mana aja nih?

4. Tiga tokoh yang paling kamu suka dari cerita Sangga?

🍒Happy reading🍒

"Gue udah muak!" geram Arania melihat interaksi Aurora beserta anak Toxic tengah berkumpul di luar basecamp.

Rasa kesal Arania sudah diujung tanduk. Bisa-bisanya Sangga memilih Aurora menjadi wakil ketua, bukan malah dirinya. Api dengki bercampur rasa marah mengerubungi hati Arania.

Memangnya sepenting dan sepengaruh apa kehadiran Aurora di tengah-tengah Toxic? Arania memang tidak terlalu mengenal Aurora, tapi sikap Aurora yang terkesan mencari perhatian membuat Arania kesal. Arania yakin dibalik wajah polos Aurora, gadis itu tak lebih dari orang munafik.

"Lo harus main secara halus. Salah langkah, lo bakalan dihancurin Sangga."

Arania melirik sekilas orang yang berdiri di sampingnya. Joshep, cowok itu lagi-lagi muncul secara tiba-tiba. Sebenarnya Arania tidak suka jika Joshep terkesan ikut mencampuri urusannya. Tetapi Arania pikir berkerjasama dengan Joshep pasti akan menguntungkan dirinya.

Joshep bisa membantu Arania untuk mengeluarkan Aurora dari Toxic. Tidak hanya itu, Arania juga ingin Aurora dibenci oleh seluruh anak Toxic.

"Pelindung Aurora sekarang jauh lebih kuat, pintar, dan nggak bisa diremehkan." Joshep bersedekap dada. Membisikan sesuatu di telinga Arania. "Deketin Aurora, hancurin dia pelan-pelan."

"Lo terlalu bersemangat, Jo," sinis Arania. "Kayaknya lo ada dendam pribadi sama Rora."

Joshep tergelak pelan. "Tenyata lo tipekal cewek tau banyak hal."

"Lo berusahaa jadiin gue kambing hitam? Menghasut gue, dan lo jadiin gue alat untuk menyalurkan rasa dendam lo ke Aurora. Tujuan lo deketin gue karena itu, kan?" Arania berdecih. Dia nyatanya tidak sebodoh itu. Otak Arania memang sudah dipenuhi rencana licik untuk menyingkirkan Aurora, tapi Arania lakukan untuk dirinya sendiri.

Kalaupun Arania ingin beralih menjadi pengkhianat, Arania tidak ingin diperalat oleh Joshep. Arania bisa melakukan setiap hal dengan tangannya sendiri.

Dari awal bertemu Joshep, Arania sudah tahu jika cowok itu bukanlah orang yang baik. Terbukti saat itu Joshep pernah menawarkan satu kesepakatan untuk menghancurkan Aurora.

Arania belum menjawab permintaan Joshep. Tapi yang jelas, Arania tahu bagaimana mengatasi Aurora.

"Kita punya tujuan yang sama. Kayaknya, lo nggak perlu terlalu munafik," ujar Joshep tenang. Dia seolah tak terpengaruh atas kalimat Arania.

"Nggak semuanya sama. Gue benci Aurora karena dia selalu dijadiin prioritas di Toxic. Sedangkan lo karena ada dendam.pribadi. Gue mau menyingkirkan Aurora dari tengah-tengah Toxic, sedangkan lo?" Arania tertawa remeh. "Lo punya niat lebih jahat dari gue. Lo mau lenyapin Aurora dari dunia ini, kan?"

Joshep mengepalkan tangannya kuat, giginya bergemelutuk, wajahnya memerah menahan amarah. Sialan, cewek ini pintar juga pikir Joshep.

"Lo pengkhianat yang sebenarnya, Jo. Kalau niat busuk gue suatu saat nanti terbongkar, mungkin nggak semua anak Toxic bakalan kecewa. Tapi lo? Berapa lama lo udah bergabung ke geng ini?" cecar Arania menyudutkan Joshep.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang