14| Arania atau Jeslyn?

20.6K 4.1K 2.9K
                                    

Tembusin 5k komentar dan 3 k vote...

Hai capek ya nunggu up? Sama saya juga capek kena writer's block...

Yuk lah vote dan komennya di tunggu

Spam setiap baris ya...

~happy reading~

"Cctv taman ini menghilang. Tapi gue udah liat sedikit gambaran yang gue duga pelaku berkeliaran di tempat ini. Gue yakin pasti udah ada yang sabotase." Sangga mendongak menatap tiang yang menjulang tinggi di depannya.

"Disini tempat terakhir kali sebelum Rigel sama Aurora kecelakaan," ujar Danish melihat keadaan sekitar.

"Kemungkinan besar kecelakaan Rigel udah disusun, jadi si pelaku udah siapin strategi buat hilangin jejak," sahut Calva.

"Coba kalian pikir lagi. Saksi kuncinya pasti ada di Mang Jupri, tapi masalahnya sampai sekarang dia masih koma," ujar Dafian yang dibalas anggukan oleh yang lainnya.

Anak Toxic berpencar mencari petunjuk baru,segala tempat mereka telusuri guna mencari barang bukti. Petugas kepolisian pun sudah menyelusuri lokasi kejadian tempat dimana Rigel mengalami kecelakaan, namun belum menemukan titik terang.

Tidak ada saksi ditempat kejadian. Ketika Aurora sudah sembuh dari masa sakitnya, Aurora sempat dipanggil menjadi saksi. Tetapi Aurora tak mengetahui apapun selain ia melihat seseorang berjaket hitam terus mengawasinya selama berada di taman.

"Apa mungkin pelakunya salah satu anak Toxic?" terka Danish menduga-duga.

Sangga bersedekap dada, ia sedang memikirkan satu hal. Satu barang bukti sudah berada di tangannya, tetapi Sangga belum bisa mengatakan kepada anak Toxic lainnya. Ini masih belum pasti, lagipula pin Toxic ini belum tahu siapa pemiliknya.

"Kita harus waspada, musuh bukan cuma datang dari luar, tapi bisa dari dalam. Pengkhianat yang sebenarnya bisa jadi orang terdekat kita sendiri," ujar Sangga penuh penekanan.

"Siapa yang lo curigai di Toxic?" tanya Dafian. Mereka berempat kini jauh lebih akrab, jadi untuk membahas semacam ini tidak perlu lagi ditutupi. Meskipun Dafian bukan bagian pasukan inti, namun Dafian dapat dipercaya.

"Joshep," ujar Danish tiba-tiba membuat semua orang menoleh kaget.

"Joshep?" gumam Calva.

Danish mengangguk. "Nggak tau kenapa dari awal kita rekrut dia jadi bagian Toxic gue kaya merasa gak suka aja. Gelagat dia aneh, percaya apa nggak gue pernah mergokin Joshep diam-diam suka fotoin Rigel."

Danish punya alasan kenapa bisa mencurigai Joshep. Pembawaan Joshep yang tenang membuat Danish tak bisa mempercayai teman satu gengnya itu 100%. Bisa saja itu kamuflase, ditambah lagi ketika masalah penuduhan dirinya atas pengkhianatan yang dilakukan Calva, Joshep paling semangat memojokkannya. Bukan hanya itu, Danish juga kerap melihat Joshep diam-diam mengambil foto Rigel, atau lebih parahnya lagi Danish pernah memergoki Joshep mengintip Rigel tengah berganti pakaian selepas bermain futsal.

Danish diam, karena mungkin itu hal yang wajar. Bahkan ketika mendengar kabar Rigel kembali hidup, Joshep satu-satunya orang yang percaya dan yang paling bersemangat. Danish seperti menyimpulkan satu hal, Joshep menaruh harapan besar pada Rigel.

Sangga mengangguk, itu alasan yang bagus. Tapi Sangga belum bisa menyimpulkan apapun. "Kalau lo, Calva?"

"Gue—" Calva meneguk ludah pelan. Ia melirik orang di sebelahnya dengan gerakan gelisah.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang