30| Kekecewaan Toxic

2.3K 284 116
                                    

Sangga meremas buku bersampul coklat yang ia temukan di loker Joshep pagi tadi. Masih sulit untuk Sangga percayai, orang yang selama ini Sangga cari sebagai pelaku aksi kecelakaan Rigel adalah orang terdekatnya sendiri.

Ini menjadi tamparan keras bagi Sangga juga seluruh anak Toxic. Untuk kedua kalinya Sangga merasa terkhianati. Seperti mengulang masa lalu kelam atas perbuatan Calva dulu, kini Joshep melakukan hal yang sama.

Kenapa harus Rigel yang menjadi korban? Mengapa selalu Rigel yang selalu menjadi satu-satunya orang yang harus menanggung dari kesalahan setiap orang? Demi apapun, Sangga tidak bisa menerima ini.

Sangga mengumpulkan seluruh anak Toxic di basecamp. Ia ingin semua orang tahu kebusukan Joshep, hal terburuk yang akan Joshep dapatkan adalah dia ak dikeluarkan dari Toxic dan Sangga akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

Kebusukan Joshep sudah terungkap. Tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat, akibat perbuatan egois Joshep, Toxic kehilangan pemimpin mereka.

"Ngga, mau sampai kapan lo terus diam gini?" tegur Calva yang sudah mulai kesal.

"Bawa Joshep ke sini," titah Sangga.

Joshep melihat kiri-kanan, ia yang masih belum memahami situasi pun hanya bisa pasrah ketika Dafian dan Bima menariknya untuk maju.

"Kenapa gue?" Joshep bertanya dengan nada heran.

Sangga bangkit dari duduknya. Memasukan kedua tangannya ke saku celana, Sangga berjalan pelan menghampiri Joshep.

Semua anak Toxic bertanya-tanya, tidak tahu apa yang akan dilakukan sang ketua. Akhir-akhir ini Toxic masih dalam keadaan aman, dari pihak luar tidak ada yang membuat rusuh. Ketika Sangga meminta seluruh anak Toxic berkumpul di basecamp secara tiba-tiba, tentu saja menimbulkan pertanyaan besar.

"Kenapa lo natap gue kayak gitu? Ada yang salah?" Joshep menaikan satu alisnya ke atas.

Sangga berdiri tepat di hadapan Joshep. Sangga menelengkan kepalanya, dalam sekali gerakan kepalan tangannya berhasil mendarat tepat di hidung Joshep.

Joshep mengerang kesakitan, memegangi hidungnya yang kini mengeluarkan darah. Tidak cukup sampai disitu, Sangga menendang dada Joshep hingga jatuh terjungkal.

Sangga mengulas senyuman miring, menduduki badan Joshep lantas memukul Joshep secara membabi-buta.

"Berhenti, Ngga! Lo bisa bunuh dia!" Danish memiting leher Sangga, menarik Sangga mundur.

Sangga memberontak keras, ia masih belum puas untuk menghajar habis Joshep. Kilatan kemarahan terpancar jelas di wajah Sangga. Napasnya memburu cepat, setiap mengingat pengakuan yang dicatat Joshep di buku itu berhasil memancing amarah Sangga.

"Tenangin diri, lo! Lo kenapa!"

"LEPASIN GUE! BIARIN GUE BUNUH DIA!" teriak Sangga kalap.

Seluruh anak Toxic tercengang, baru kali ini mereka melihat Sangga semarah dan seemosional ini. Siapapun tahu Sangga adalah orang yang selalu bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Sangga sangat menghindari yang namanya kekerasan. Tapi kali ini? Sangga seolah telah hilang kendali.

Entah apa yang membuat Sangga bisa semarah ini kepada Joshep, tapi yang jelas pasti di sini Joshep sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"Dari awal gue udah curiga sama lo," desis Sangga.

"Apa maksud lo?" tanya Danish.

"Dia pelakunya." Sangga menatap Joshep semakin tajam. Napasnya memburu cepat."DIA PELAKUNYA! DIA PELAKU DI BALIK KECELAKAAN AURORA DAN RIGEL!" teriak Sangga.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang