6| Musuh?

33.3K 5.8K 8K
                                    

Absen, dari kota mana aja nih?

Random question:

1. Jam berapa kamu baca Sangga?

2. Masih kesal sama Arania?

3. Udah peluk buku Rigel belum?

Jangan biarin setiap baris kosong. Bisa??

Share cerita Sangga ke seluruh akun sosial media kamu yuk. Biar Sangga bisa dibaca banyak orang...

🍒Happy reading🍒

Sangga menghitung jumlah nasi kotak yang dipesan oleh Calva dan Danish. Semuanya berjumlah 150 nasi kotak. Uang yang dikumpulkan kemarin cukup membantu sekali untuk acara bakti sosial yang rencananya akan dilaksanakan sehabis pulang sekolah nanti.

Nasi kotak itu akan Sangga bagikan kepada para pengemis juga pemulung yang mereka temui di jalanan. Sisa dari uang kas itu akan Sangga sumbangkan ke panti asuhan. Memang tak seberapa, tapi Sangga yakin uang itu pasti akan sangat membantu.

Sangga menghembuskan napas pelan. Bola matanya beralih menatap slayer hitam yang terikat di lengan tangan kirinya. Rasanya berat sekali, Sangga belum sepenuhnya bisa mengatur anak Toxic agar bisa satu pemikiran dengannya.

Jika Rigel mengutamakan kepimpinan tanpa melibatkan perasaan, tapi berbeda dengan Sangga. Sangga ingin menyelesaikan permasalahan dengan cara kepala dingin tanpa melibatkan pertumpahan darah. Sudah banyak korban yang berjatuhan. Toxic awalnya sebuah geng yang dibentuk bukan untuk mencari masalah, malah kini terkenal dengan geng berandal yang hobi tawuran.

The Dark yang selalu mencari masalah. Perselisihan antara Toxic dan The Dark harus segera diakhiri.

"Ngelamunin apa lo?" Danish datang menepuk bahu Sangga. Sejak tadi Danish memperhatikan Sangga dari jauh lebih banyak melamun dan memasang raut murung. Meskipun Sangga minim ekspresi, tapi murung bukanlah sifat Sangga sekali.

"Nggak," balas Sangga singkat menepis tangan Danish dari bahunya. Sangga lantas berjalan ke arah luar sambil menenteng dua dua ikat nasi kotak menuju mobil yang sudah disediakan.

"Muat nggak nih?" tanya Dafian.

"Muat, untung Calva bawa mobil agak gede. Mana mobil mahal lagi," ujar Bima.

"Biasa Bang. Holang kaya bawaanya mau pamer. Gimana sih rasanya jadi holang kaya?" ujar Lodi mencibir.

"Rasanya aku ingin menjadi iron men," celetuk Gavin mengikuti dialog yang akhir-akhir ini tengah viral di medsos.

"Anjim. Odading Mang Oleh, rasanya anj..."

"Ehem!" dehem Sangga keras.

Lodi menyengir lebar sembari mengatupkan tangan di depan dada. "Guyon, bos."

"Lodi minim akhlak. Udah cebol, akhlak nggak ada, otak juga nggak ada," seloroh Ramond baru datang langsung membully Lodi.

"Apa sih, ya Allah. Anak ganteng kaya gue dibully mulu." Lodi berlari manja ke arah Danish. Berlagak menangis sambil memeluk lengan tangan Danish.

"Ini anak bekantan ngapain nempelin gue mulu sih!" sentak Danish kesal.

"Bang, jangan kaya gitu. Angkat gue jadi adek lo plis. Gue ngebet banget pengin punya Abang jamet kaya lo," ujar Lodi.

"Woy! Gue bukan jamet!" seru Danish tak terima.

"Kata Bang Calva, Bang Danish itu jamet."

"Dia setan. Nggak usah didengerin."

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang