BRAK!
Bang Chan mendorong tubuh seorang pria yang menyerangnya barusan ke sembarang arah. Kemudian menangkis beberapa serangan yang mengarah kepadanya. Tangannya tak sengaja terkena pisau saat sedang berkelahi. Beruntung, suasana koridor sedang sepi. Dan dalam selang waktu 2 menit, pria itu dapat melumpuhkan 8 orang dalam sekaligus. Tapi tunggu! Ini baru 6 orang. Kemana 2 orang lainnya?
"Bang Chan-sshi."
Bang Chan langsung membalikkan tubuhnya seraya mengambil ancang-ancang untuk menyerang. Pria itu mendapati dua orang berpakaian formal serba hitam. "Wae? Ingin membawaku kepada sepupuku? Hell no!"
"Bukan itu. Lebih baik kau turunkan pisaumu dan dengarkan baik-baik."
"Untuk ap—"
"Kami utusan langsung dari kakekmu. Kami tidak berpihak pada Bang Seojun."
Bang Chan terdiam. Dia meneliti penampilan dua orang tersebut. Kemudian menaikkan salah satu alisnya. "Kau pikir aku percaya?" tanyanya.
"Seharusnya kau percaya." Salah satu dari mereka menunjukkan sebuah lencana yang hanya diketahui oleh Bang Chan dan kakeknya sendiri. Pria itu lagi-lagi terdiam.
"Kenapa?"
"Tuan Bang ingin bertemu dengan anda."
"Kupikir kakekku telah mati." Bang Chan mendengkus seraya mengusap kepalanya kasar.
"Actually, he's not." Pria itu berjalan mendekat, disusul oleh temannya di belakang. "Kau lebih baik mengecek keadaan wanita itu."
Kening Bang Chan kembali mengkerut. Dan sedetik kemudian matanya terbelalak kaget. "Shit!"
Bang Chan langsung berbalik badan dan menekan tombol lift. Beruntung lift cepat terbuka. Dua pria—yang mengaku sebagai utusan Kakeknya—tersebut ikut masuk ke dalam lift. Sesampainya di lantai unit apartemennya berada, tanpa ambil pusing Bang Chan langsung berlari dan membuka pintu unitnya.
"Thalita!"
Suasana di dalam sangat sunyi. Tapi terdengar suara keran wastafel menyala di dapur. Alhasil Bang Chan berjalan ke arah dapur. Tapi sedetik setelah dia melihat pemandangan yang ada di lantai dapur, seketika tubuhnya menegang. Raut wajahnya berubah drastis kala melihat istrinya bersimbah darah di lantai dan tak sadarkan diri.
"THALITA!!" Bang Chan berlari menghampiri tubuh Thalita. Dua pria yang mengikutinya juga ikut menghampiri tubuh Thalita yang terkulai lemas.
"C—Chan ...."
Bang Chan mengusap kepalanya, dan memegang perut wanita itu dengan tangan yang bergetar, darah merembes di mana-mana, membuat Bang Chan semakin panik dan berteriak kepada salah satu dari pria yang mengaku utusan kakeknya itu untuk memanggil ambulans secepatnya dan membawa Thalita ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit Thalita langsung dibawa ke ruang IGD dan ditangani oleh beberapa tim medis. Bang Chan benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Kaki serta tangannya tidak bisa berhenti bergetar karena rasa khawatir dan shock yang menyerangnya.
Pria itu terduduk di lantai seraya bersender di dinding koridor. Dia menatap tangan serta kemeja putihnya yang kotor penuh oleh noda darah istrinya itu. beberapa detik kemudian, Bang Chan mengusap rambutnya kasar kemudian menutup wajahnya frustasi. Pikiran-pikiran negatifnya seketika meyerangnya, dadanya terasa terhimpit kala kepingan-kepingan kejadian beberapa tahun silam kembali teringat olehnya.
"Jangan tinggalin gue, Tal ...."
Bang Chan bergumam dengan suara yang bergetar. Pria itu benar-benar merasa takut. Kejadian di mana Thalita hampir tewas karena kecerobohannya beberapa tahun yang lalu benar-benar kembali teringat olehnya. Darah serta suara rintihan wanita itu kembali terngiang di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
yang jahat belum tentu jahat
RomanceSesuci-sucinya manusia pada umumnya, pasti ada sedikit kotoran di hatinya walau itu hanya setitik. Jadi, menurut gue gak ada langkah benar atau langkah yang salah. Bad guy or good guy, that's not important at all. * Note: • ganti judul yang tadinya...