36 | the show

51 16 0
                                    

'Tenang Tal, semua bakal baik-baik aja.'

Sedari tadi, Thalita terus mengucapkan kalimat itu di benaknya. Matanya sedari tadi menatap layar panel di atas pintu lift yang menunjukkan posisi lantai yang akan dituju. Pistol yang dia pegang pun hanya tersisa tiga peluru. Dan sialnya, feelingnya mengatakan jika akan ada banyak orang-orang Seojun yang berjaga di lobby.

Baiklah, Thalita harus tenang. Ini bukan yang pertama kalinya dia ada di posisi seperti ini. Dia seorang profesional, dia harus siap apapun yang terjadi di balik pintu lift tersebut.

Ting!

Lift terbuka di lantai dua. Thalita meneguk ludahnya susah payah. Seorang wanita berpakain kasual masuk dan menekan tombol lantai satu, dan kemudian pintu lift pun kembali tertutup dan bergerak turun. Wanita itu berdiri di samping Thalita. Hingga seperikan detik kemudian, dia tersadar dengan pergerakan yang dilakukan secara tiba-tiba olehnya, kala sebuah pisau lipat terarahkan ke pinggangnya.

Tidak mau mengulangi kesalahnnya lagi, Thalita cepat-cepat menahan tangan wanita itu dan menatapnya tajam. "Not anymore, Bitch!"

Thalita mengangkat lututnya dan menghantam perut wanita itu berkali-kali. Pisau yang dipegang olehnya barusan terjatuh. Wanita itu tiba-tiba menghentikan pergerakan Thalita dengan mencekiknya secara tiba-tiba. Cengkaramnya pada lehernya sangat kuat, membuat Thalita seketika kaku dan menahan napas sekuat tenaga.

Thalita cepat-cepat memutar otaknya untuk menghentika aksi wanita gila yang tengah mencekiknya ini sebelum lift berhenti di lantai satu. Hingga akhirnya Thalita mengumpulkan semua air salivanya di dalam mulut dan menyemburkannya persis ke hadapan wanita itu. Dan ternyata idenya berhasil, wanita itu memekik karena—mungkin—jijik dengan apa yang telah Thalita lakukan.

Tapi masa bodoh. Alhasil cengkramannya terlepas, Thalita cepat-cepat melayangkan bogem mentahnya kepada wanita itu hingga akhirnya tersungkur di lantai. Thalita cepat-cepat meraba saku pakaian yang dikenakan wanita itu dan akhirnya menemuka sebuah pistol yang bersisi 10 peluru.

Thalita siap-siap mengambil posisi di depan pintu kala akhirnya pintu lift terbuka sedetik kemudian.

Ting!

Deg!

Thalita hampir saja dibuat terkejut kala dia mendapati Charles dan Aeri di depan pintu lift. Thalita melihat sekitar 10 orang telah terkulai di lantai. Hampir saja Thalita ingin ambruk karena jantungnya yang sudah skot jam sejak tadi. "Ares? Aeri?"

"Jelasinnya nanti saja, intinya mereka mengejar Teteh, karena sandi itu hanya Teteh yang tau!" Charles masuk ke dalam lift lalu disusul oleh Aeri. Pria itu langsung menekan tombol menuju lobby.

Sesampainya di sana, terdapat Nanda yang sudah berjaga-jaga di depan lift—persis seperti yang diminta oleh Thalita. Perempuan itu langsung membantu Thalita berjalan menuju parkiran di mana letak mobilnya berada.

Namun baru saja mereka melangkah beberapa meter, tiba-tiba serangan muncul. Charles dengan sigap menarik tubuh kaka iparnya itu berlidung di baliknya.

"Lewat pintu belakang!" seru Nanda. Perempuan itu menembaki beberapa orang yang juga balik menembaki mereka. Beruntung mereka cepat-cepat berlindung di balik tembok.

Thalita tidak banyak berbicara. Dia hanya menurut kala dituntun oleh Charles menuju pintu belakang rumah sakit.

DOR!

Thalita tersentak, begitu pun yang lain, kala pintu belakang yang terbuat dari alumnium itu bolong seketika. Nanda berbalik badan, kemudian menembak balik mereka. "Keep going, I'll do it!" katanya seraya masih menembaki mereka.

yang jahat belum tentu jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang