24 | operasi bedah dadakan

60 16 3
                                    

Dalam waktu sehari, Bang Chan benar-benar hampir melupakan tittle-nya sebagai mata-mata. Dan selama sehari itu pula, dia dipusingkan oleh semua fakta yang dipaparkan oleh Seojun. Mengenai apa saja yang diemban oleh perusahaan—walau sebenarnya Bang Chan sudah tahu—mulai dari bisnis utama yang berpusat di Seoul dan Daegu, lalu serentetan bisnis gelap lainnya yang membuat jiwa budiman Bang Chan terasa tertohok.

Prostitusi, perdagangan manusia, identitas, senjata api, dan juga yang terakhir adalah obat terlarang.

Keluarga Bang adalah penyuplai obat terkutuk paling besar nomor 3 di dunia. Dan lagi, membuat Bang Chan hampir mau menenggelamkan diri di sungai Han.

"Kau berlebihan, Hyung." Seojun tiba-tiba berkomentar. Pria itu duduk di kursi penumpang sebuah mobil Limousine, tepat di hadapannya.

Bang Chan tersenyum miring. "Kau yang psikopat!"

"Itu sudah mendarah daging. Lagipula, keluarga kita itu mendefinisikan sebuah hitam dan putih."

Bang Chan terdiam. Hitam dan putih. Kedua dunia yang tidak akan pernah terpisahkan. Orang-orang melihat mereka adalah sesuatu yang sempurna dan indah. Tapi di balik itu semua, dia sangat buruk rupa. Pria itu membuang muka. Lebih memilih menatap jalanan malam. Geun Taek bilang akan ada perayaan pesta di sebuah hotel bintang lima milik keluarga Bang. Alasan diadakannya pesta, tentu untuk merayakan kepulangan Bang Chan si cucu pertama Bang Tae Jung yang gosipnya telah menghilang 13 tahun lamanya. Bahkan saat dia berpapasan dengan beberapa orang di mansion utama, mereka terkejut seperti baru saja melihat mayat hidup.

Setidak meyakinkan kah, dirinya jika dia sebenarnya masih hidup?

Oh iya.

Bang Chan lupa, dia intel kelas kakap. Seharusnya dia tidak perlu berekspresi.

"Sebenarnya, kau bisa saja membongkar kedok keluarga kita kepada pihak yang berwajib, Hyung. Kenapa kau tidak melakukannya?" tanya Seojun tiba-tiba.

"Kenapa aku harus repot-repot melakukannya?" jawab Bang Chan cepat. Memang, pada kenyataannya dia hanya akan melaksanakan pekerjaannya sesuai mandat yang ada. Tidak lebih dari itu. Dan kebetulan, selama dia bertugas, tidak pernah ada yang menyinggung soal keluarganya. Karena menurutnya, dia bukan lagi bagian dari keluarga itu sejak saat dia menempuh pendidikan.

"Benarkah? Bukan karena kau tidak tega mengkhianati keluargamu?" tanya Seojun, memojokkan dirinya.

"Look, Cousin. I'm here. Aku berada di sini, terlempar dari negaraku, dicap sebagai pengkhianat negara karena siapa? Itu karena mu. Kau menang sekarang. Tapi, aku tidak akan sudi untuk mengabdi kepada keluarga sialan ini, Brengsek!"

Seojun tertawa kecil. "Dari semua orang di sekitarku, hanya kau yang memanggilku brengsek."

"Itu sebutan yang pantas untukmu."

"Bukankah, perempuan itu juga menyebutmu brengsek?" tanya Seojun, menyinggung soal Thalita.

"Jangan menyangkut pautkan soalnya!"

"Memangnya kenapa? Apakah cinta lama bersemi kembali saat kau bertemu dengan Aeri kemarin malam?"

Bang Chan menatap Seojun dengan bengis. "Aku sudah tidak ada hubungan dengan perempuan itu. Dan jangan ungkit-ungkit soal Thalita. Dia bukan urusanmu!"

"Dia akan menjadi urusanku jika dia berniat menghancurkan rencanaku," jawab Seojun.

"Tanpa dia pun, aku akan menghancurkan rencana dan kedok keluarga ini."

"Jahat sekali."

"Kau tidak sadar, berapa banyak orang yang telah kau bunuh di luar sana?!"

Seojun hanya tersenyum sinis. "Kita sudah sampai, anyway."

yang jahat belum tentu jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang