11 | bagaskara

80 15 20
                                    

Dulu, saat usianya 22 tahun, Thalita mendapatkan tugas bersama Bang Chan untuk menyelidiki sekelompok mahasiswa di universitas ternama di Bandung yang beberapa di antaranya adalah pengguna dan seorang bandar narkoba. Thalita menyamar menjadi mahasiswi baru, kebetulan penampilannya yang sudah kepala dua itu masih bisa mendukung penyamaran. Dia menyamar menjadi seorang gadis berkerudung yang bernama Tika.

Bang Chan pun juga menyamar sebagai tukang penjual es di kantin. Penyamaran mereka berhasil dan berjalan mulus, hingga para pelaku tertangkap.

Namun, pria yang bernama Pradipa Bagaskara itu adalah salah satu kaka tingkat yang selalu nongkrong bareng bersama Tika dan teman-temannya saat perempuan itu menjalankan tugasnya. Dan sudah bisa ditebak, setelah urusannya selesai, Tika pun menghilang dengan alasan pindah kuliah. Bang Chan yang menyamar menjadi mas Bejo tukang es pun tiba-tiba berhenti berdagang di kantin kampus.

Jadi kesimpulannya, pria yang berada di hadapannya sekarang memandang Thalita dengan skeptis. Pasalnya penampilan Tika dengan Thalita yang asli sangat berbanding jauh. Tika si perempuan alim. Thalita si perempuan seksi dan liar. Pakaiannya yang sekarang saja cukup membuat tukang ojek pangkalan menatapnya lapar.

Kemeja putih yang ketat, rok span selutut yang memperlihatkan lekuk pinggangnya dan tak lupa hells 7 centi kesayangannya.

"Oh ya? Tapi saya merasa gak pernah kuliah di Bandung." Thalita mencoba untuk mencairkan suasana.

Bagas terdiam sejenak, lalu tak lama dia terkekeh. "Maaf, maaf. Mungkin saya salah orang. Udah lama sih, saya gak ketemu sama teman saya yang satu itu."

"Ngomong-ngomong kamu udah pesen?" tanya Thalita. Bagas menggeleng, lalu setelahnya mereka pun memanggil pelayan dan memesan makanan.

Sambil menunggu pesanan, Bagas membuka pembicaraan lagi. "Oh iya, kamu tahu dari mana saya lulusan universitas di Bandung?" tanyanya.

"Dari mama. Dia banyak cerita soal kamu."

"Oh ... mama kamu juga banyak cerita soal kamu."

Thalita terdiam. Entah kenapa jadi merindukan Bang Chan. Tapi cepat-cepat perempuan itu mengusir pikirannya, dan fokus dengan pria yang duduk di hadapannya.

"Beliau juga cerita, kamu katanya PNS. Saya juga PNS," ucap Bagas.

"Saya tahu. Saya ditugaskan di kecamatan Jakarta Timur." Thalita mulai menyusun kebohongan yang akan dia lontarkan kepada pria itu. "Masih baru sih, baru 4 tahun. Bulan depan saya naik jabatan. Doain aja, hehe." Thalita tertawa kecil. Bagas ikut tersenyum.

Baru saja Thalita ingin melanjutkan ucapan dustanya, tapi tiba-tiba matanya tidak sengaja menatap seorang pria berkemeja putih tengah meminum air mineral seraya mengedipkan sebelah matanya.

'Bang Chan?'

Thalita melotot tak percaya seraya masih menoleh ke arah pria itu yang tiba-tiba saja sudah ada di restoran yang sama dengannya bersama Rasya. Rasya pun menoleh sekilas dan tersenyum kecil. Thalita hampir mangap jika saja Bagas langsung bertanya.

"Ada apa?" tanyanya.

Thalita langsung menoleh ke arahnya. "Enggak kok. Gak apa-apa." Thalita menggelengkan kepalanya seraya menyengir kuda.

Pikirannya tidak bisa tenang. Kenapa pula Bang Chan datang ke tempat yang sama dengannya. Kalau Bang Chan sendiri yang datang, itu tidak masalah. Tapi kenapa Rasya ikut serta?

"Bagas, saya mau ke wastafel dulu sebentar." Thalita langsung bangkit seraya membawa tasnya. Bagas belum berkata apa-apa, tapi Thalita sudah masuk ke dalam ruangan cuci tangan.

Perempuan itu mengambil ponselnya dan langsung menelepon Bang Chan.

"Hola?"

"Monyet lo! Kenapa lo ngikutin gue?!" tanya Thalita kesal.

yang jahat belum tentu jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang