"Aku mau mandi, Ma!"
Thalita mendengkus kala mamanya mengikutinya sampai masuk ke dalam kamarnya, dan menarik anaknya untuk duduk pinggir ranjang. Tak lupa menutup dan mengunci pintu kamarnya.
"Kamu ini emang anak durhaka, ya?!" kesal mama. Thalita memicingkan matanya bingung.
"Apaan sih, Ma? Gak jelas, gek!"
"Gak jelas apanya?! Kamu yang gak jelas! Bertahun-tahun nyembunyiin sesuatu sama mama-papa kamu!"
"Nyembunyiin apa?!"
"Cucu Mama! Mana cucu Mama!!??"
"Cu—What?!!"
Thalita bangkit dari duduknya. Melupakan sejenak Bang Chan yang mungkin masih tersambung di ponselnya dan mendengarkan percakapan dirinya dengan mamanya. "Mama kalo ngomong suka sembarangan! Nikah aja belom, masa aku udah punya anak!"
"Loh? Suami kamu bukannya si Chandra?"
"HAH?!!"
PLAK!
Satu pukulan telak mengenai kepala Thalita. Perempuan itu meringis seraya bersungut-sungut. "Hah heh hah heh! Gak usah banyak alesan kamu! Pantesan kamu makin hari makin lengket sama si Chandra! Kemana itu anak?! Tumben gak pulang bareng sama dia?!"
"Lagi ada kerjaan ke luar pulau!" jawab Thalita.
"Berarti kamu bener udah nikah sama dia?!"
"Enggak Ma, enggak! Mama kenapa ngomong gitu, sih?!"
"Si Dio liat kamu sama Chandra di supermarket bareng anak kecil usia 4 tahunan! Mana katanya mirip si Chandra lagi! Itu pasti anak kalian, kan? Ngaku kamu!"
"Astaghfirullah, Mama! Itu Adeknya Bang Chan!!"
"Gak mungkin!"
"Mungkin, lah!" Thalita gemes sendiri. Akhirnya mau tidak mau menjelaskan secara singkat kejadian bagaimana Hyeji bisa tinggal bersama Bang Chan. Dia tidak mengatakan jika Hyeji juga tinggal bersamanya, karena mamanya tidak tahu bahwa selama ini Thalita satu atap dengan sahabatnya itu.
"Innalilahi, kenapa kamu gak ngomong sama Mama. Mama kan, bisa ikut ngelayat."
"Bang Chan sama aku kan, bukan rakyat sipil biasa. Jadi kami rahasiakan hal itu. Lagian juga itu mendadak banget. Kasian aku juga sama Bang Chan."
"Terus dia nugas sendiri? Kenapa gak ditemenin?" tanya Mama berasa pria itu pergi karena emang niat liburan.
"Dikira liburan? Kalo bukan soal pekerjaan, aku udah ikut tadi ke bandara sama dia!" jawab Thalita. "Udah deh, Ma. Aku mau mandi, aku mau keramas, aku mau luluran, aku mau dengerin musik, aku mau istirahat!"
"Tapi itu ada Bagas di bawah."
"Plis deh, Ma. Besok aku berangkat subuh. Aku gak mau berurusan dulu sama dia!"
"Ck! Kamu ini! Dia kayaknya naksir sama kamu!"
Thalita terdiam. Bayangan Bang Chan seketika memenuhi pikirannya.
"Pikirinnya nanti aja. Aku capek." Thalita menarik tangan mamanya dan mendorong mamanya keluar dari kamarnya. Tak lupa Thalita mengunci pintu kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Perempuan itu mengeluarkan ponselnya yang masih tersambung oleh Bang Chan.
"Puas lo, Sat! Denger pendramaan nyokap gue?!" kesalnya langsung tanpa ba bi bu.
Bang Chan tertawa. "Lagian lo dateng kayak maling. Pasti lewat pintu belakang."
"Ya mesti lewat mana lagi?!" tanya Thalita. "Mana dia nuduh si Hyeji anak gue lagi! Kan, Kampret!"
"Gak boleh begitu sama emak sendiri! Masih untung diberi umur panjang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
yang jahat belum tentu jahat
RomanceSesuci-sucinya manusia pada umumnya, pasti ada sedikit kotoran di hatinya walau itu hanya setitik. Jadi, menurut gue gak ada langkah benar atau langkah yang salah. Bad guy or good guy, that's not important at all. * Note: • ganti judul yang tadinya...