19 | keripik singkong

61 15 1
                                    

Thalita tahu, pasti dia akan dikutuk oleh mamanya karena datang tanpa bersama Bagas dan tiba-tiba ngabrit masuk ke dalam kamar. Lalu 5 menit kemudian pergi dari rumah tanpa mengatakan apa-apa.

Persetan soal itu! Sahabatnya sedang dalam bahaya. Seharusnya pria itu mendengarkan dirinya untuk mengajaknya bersamanya. Sehingga masalah ini tidak membuat dirinya seperti kebakaran jenggot. Iya. Thalita sangat dan sangat menghawatirkan pria itu.

SKS ... kedai soju ... distrik kucing?

Thalita menggigit kuku jempolnya seraya masih fokus dengan jalanan malam. Ucapan Bang Chan yang terakhir kali terus menerus memenuhi pikirannya. SKS? Apa itu? Distrik kucing? Maksudnya tempat yang terdapat banyak populasi kucingnya? Tapi di mana itu? Di komplek rumahnya saja banyak kucing kampung yang bersebaran.

SKS ... Sistem Kebut Semalam? Sekolah Kedinasan? Sekolah Kecil Sederhana? Selaput Kerang Silikon? Sepatu Kecil Sekali? Ah! Yakali, Anjrit!!

Thalita mendengkus seraya memukul setir kemudi. Perempuan itu menatap deretan papan iklan di jalanan. Hingga tak disengaja, matanya menangkap sebuah iklan toko online yang menyewa endorsment kepada salah satu boyband Korea. Thalita menghela napasnya kala mobilnya berhenti di lampu merah. Tepat di hadapan papan iklan tersebut.

Stray Kids. Anak sesat. Nama yang aneh. Batin Thalita saat melihat dan membaca nama boyband tersebut. Dan saat lampu hijau menyala, Thalita pun menancap gas melanjutkan perjalanan kembali. Tapi entah kerasukan apa, kata-kata Stray Kids terus menerus terngiang di kepalanya.

"Bang Chan ke Bali, buat ketemu Seojun. Seojun orang Korea, CEO perusahaan keluarga Bang. Dan pasti pusatnya ada di Korea. Terus ditambah, Bang Chan diserang gak lama saat dia ketemu Seojun ... itu artinya ..." Thalita berbicara pada dirinya sendiri. Beberapa detik kemudian dia terdiam. Kembali berpikir rasional.

Stray Kids ... SKS ...

Ah! Sialan!

Thalita tiba-tiba teringat saat dia dan sahabatnya itu berlibur ke Korea.

Pria itu pernah mengajaknya berbelanja baju—karena Thalita ingin beli oleh-oleh—di salah satu distrik yang bernama Myeongdong. Thalita sempat berkomentar, jika nama tempat itu aneh. "Meongdong, tempat kucing, dong?" tanya Thalita saat mereka berjalan kaki di distrik tersebut.

"Myeongdong, Tal! Bukan Meongdong," koreksi Bang Chan.

"Ya itulah! Maklum lidah Sunda gue keseleo."

Bang Chan terkekeh, mereka akhirnya menghentikan langkah kala melihat banyak orang berkerumun di depan mereka. Thalita menarik tangan Bang Chan untuk mendekati kerumunan tersebut dan melihat ada apa sebenarnya.

"Tal! Ngapain sih?" tanya Bang Chan. Tapi tidak direspon oleh perempuan itu. Hingga akhirnya mereka berada di barisan paling depan. Ternyata terdapat beberapa orang sedang menari lengkap dengan kru kamera dan juga paparazi. Beberapa orang berteriak kagum seraya merekam orang-orang yang sedang menari itu dengan kamera ponselnya.

"Bang Chan!!! Sarangheyo!!" Seseorang tiba-tiba ada yang berteriak di samping Thalita. Perempuan itu langsung menoleh ke arah seorang perempuan berpipi chubby yang mengenakan syal itu.

"Hei! What do you mean, 'bout Bang Chan? Who is he?!" tanya Thalita refleks langsung bertanya, seperti ada yang mengganjal di hatinya. Bang Chan yang berdiri di belakangnya ikut memandang perempuan chubby itu, lalu memegang pundak sahabatnya. "Tal, santai dong! Emang nama Bang Chan di sini gue doang!" katanya menenangkan Thalita.

"Joesonghamnida," ucap Bang Chan kepada perempuan itu seraya menundukkan kepalanya. Perempuan chubby itu justru terdiam, dan sontak menutup mulutnya takjub. Perempuan itu menatap Bang Chan dengan tatapan horor.

yang jahat belum tentu jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang