Seminggu sudah, dari datangnya Bos baru. Dillora dan teman-teman nya, sama sekali belum pernah melihat batang hidung nya. Terkecuali Tama.
Dan nama Bos barunya pun, tau dari Tama.
Meski mereka belum melihat Bos barunya tapi peringatan dari Tama, membuat gosip yang bukan-bukan, menyebar dikaryawan yang bekerja di lestoran ini.Yang katanya, Bos nya dingin lah, arogant lah, dan masih banyak yang lain nya.
Kini Dillora tengah duduk di salah satu kursi pelanggan, sambil memegang buku menu dan menjadi kipas dadakan.
Sedang asik-asik nya ngadem dan istirahat.
Dirinya di kagetkan oleh suara yang terdengar dingin."Kerja, jangan males-malesan!" ucap seorang laki-laki sambil melewati nya.
Dillora yang mendengar ucapan laki-laki tadi, merasa heran 'Ada ya orang gilla.'
"Ngapa loh, ngeluarin muka be*o lo?" Celetuk Tama.
Dillora pun yang bengong langsung tersadar, dan menggeplak kepala Tama dengan buku menu.
"Awh, Sakit Lora," ringis Tama.
"Syukurin, baru tau rasa kan?" Ucap Dillora dengan tersenyum puas.
"Emang jahat lo, tega bener sama calon suami"
"Ih, amit-amit" Dillora pun bergidik ngeri, membayangkan dirinya akan menikah dengan Tama.
Tama pun ingin menepuk bahu Dillora, tapi seruan Dillora menghentikan nya.
"Jangan sentuh aku Mas, aku jijik, aku jijik sama Mas!" Ucap Dillora dengan lebay nya.
Tama yang melihat ke gilaan Dillora muncul pun, merasa ngeri sendiri. "Dasar gila," ungkap Tama.
Sedangkan Dillora tengah tertawa melihat kekesalan Tama.
Dillora pun melihat jam dan sebentar lagi istirahat."Lora di panggil tuh," ucap Caca. "Sama siapa?" Tanya Dillora.
"Bang Tama, ke ruangan nya aja."
Dillora pun bergegas menuju ruangan Tama. Setelah sampai di pintu rangan Tama Dillora pun mengetuk pintu yang beediri di hadapan nya.
Meski Tama adalah teman nya, tapi Dillora harus tetep menunjukan kesopanan nya. Karena bagai mana pun dalam urusan pekerjaan Tama adalah atasan nya.
Tok...tok...tok....
"Masuk, " teriak Tama dari dalam.
Tama pun memandang Dillora. "Lora, lo buat masalah apa?" Tanya Tama.
"Masalah, masalah apa?" Bingung Dillora.
"Ya gak tau, mungkin tanpa lo sengaja."
"Suer deh, gue gak buat masalah. Kenapa sih?"
"Bos, suruh gue panggil lo ke ruangan nya,"
"Hah, mau ngapain?" Heboh Dillora, bingung.
"Gak tau, mangkanya gue nanya sama lo. Siapa tau lo buat masalah sama dia,"
"kagak lah. liat muka nya aja baru sekali waktu pertama kali dia ke sini,"
"Yaudah, sana keruangan Bos," suruh Tama.
"Gue takut," cicit Dillora.
"Takut apaan?" Heran Tama.
"Sama matanya, tajam banget. Kayak pisau psiko,"
"Jangan ngadi-ngadi lo, udah sana." Usir Tama.
Dillora pun keluar dari ruangan Tama.
Setelah menutup pintu, Dillora pun kembali membuk dan melongokan kepalanya saja. "Tam, beneran gue di panggil?"Dengan gemas Tama pun menjawab. "Dillora, cepetan ke ruangan Pak Bos. Sebelum lo kena pecat"
Buru-buru Dillora ke ruangan Bos, takut ucapan Tama jadi kenyataan.
Lima menit berlalu, dan Dillora masih belum juga mengetuk pintu ruangan Bos.
Dengan tekat dan takut akan kehilangan pekerjaan, Dillora pun mengetuk pintu di hadapan nya. Sambil merapalkan doa. Allahuma bariklana fimarojaktana wakina ada bannar, amiinn.
Semoga dia gak makan gue. Harapnya.
Baru saja Dillora mau mengetuk pintu, kesadaran nya kembali datang.'Bentar deh, kok gue doanya mau makan sih. Taoi gak papalah, kan sama aja doa.' monognya dalam hati.
Tok...tok...tok....
"Permisi Pak," Ucapnya.
"Masuk," suara tegas menyahut dari dalam.
Dillora pun membuka pintu ruangan Bos nya, dan menutup kembali ketika dirinya sudah masuk.
"Bapak panggil saya?" Tanya Dillora, yang melihat Bos nya masih sibuk dengan laporan-laporanya.
"Ya," Jawab Bos nya, sambil memgangkat kepala nya dan menatap Dillora.
Dillora yang melihat jelas pahatan wajah dari Bos nya sempat terpana sedikit.
"Kamu tau saya?" Tanya Bos nya, dan di angguki Dillora. "Tau, pak"
"Siapa?"
"Pak Arka," Jawab Dillora.
"Saya tanya, nama kamu siapa? Bukan nama saya," Ucap Arka, Bos nya.
Dillora yang merasa kesal dengan Bos nya hanya bisa menggerutu dalam hati. 'Nih orang kebanyakan makan odading mang oleh, kayak nya'
"Jawab,"
"Eh, nama saya Dillora pak." Ucap Dillora, dan di angguki Arka.
"Saya cuma mau memberi tahu kamu, bahwa kinerja kamu jelek."
Dengan was-was, Dillora menunggu kelanjutan dari ucapan Arka Bos nya.
"Kamu mau keluar sendiri, atau saya pecat?" Tanya Arka.
Dengan memelas Dillora memohon. "Pak, jangan pecat saya. Saya salah apa Pak?"
"Kamu gak dengar tadi saya ngomong apa?"
"Dengar Pak. Gimana kalau Bapak memerintahkan saya apa aja deh," Nego Dillora.
Arka pun mencoba berfikir. " Beneran mau ngelakuin apapun?"
"Iya Pak, apapun." Semangat Dillora.
"Kesini, ke samping saya." Perintah Arka.
Dengan rasa was-was, Dillora pun mengahmpiri Arka. Setelah berada di sampingnya, Dillora di tarik tangngan nya untuk duduk di pangkuan Arka.
Dengan kaget Dillora ingin kembali berdiri. "Pak, jangan macam-macam ya!" Peringat Dillora.
Dengan satu tangan menahan badan Dillora, tangan Arka satunya lagi mengambil Hp di meja nya.
Cekrek...cekrek....
Suara kamera terdengar membuat Dillora heran, dan kembali berdiri. Karena tangan Arka sudah tidak menahan dengan kuat tubuh nya.
"Sudah, sekarang kamu pergi." Usir Arka setelah selesai berselfi ria dengan nya.
"Pak, Bapak buat apa, photo tadi? Jangan macam-macam Pak!" Ucap Dillora kesal.
"Menurut kamu buat apa?"
"Bapak gak mungkin mau pelet saya kan?" Teriak Dillora.
"Kalau untuk itu enggak,"
"Alhamdulillah," lega Dillora.
"Tapi buat nakutin tikus-tikus di rumah saya," ceplos Arka.
Dillora pun melotot ke arah Arka. Baru saja Dillora ingin mengumpat, Arka sudah terlebih dahulu berucap. "Pada Bos di larang mengumpat"
"Sekarang kamu keluar," usir Arka.
"Tapi Pak, soal saya di pecat?" Tanya Dillora.
"Gak jadi, jadi sekarang keluar."
....................................
Tbc.
Terima kasih.
redaksisalam_ped
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kampret (Tamat)
General FictionIni tentang seorang gadis bernama Dillora Wijaya, gadis baik dan periang yang disukai semua orang. Hidup sendiri di sebuah padatnya ibu kota , tidak membuat ia kesepian. Hingga suatu hari, bosnya di tempat dirinya bekerja menawarkan sebuah pernikaha...