PK|| Permintaan Nenek

16.7K 1.5K 27
                                    

Selesai sudah Dillora bekerja, kini dirinya tengah bersiap-siap untuk pulang.

"Din, Gue duluan ya" Teriak Dillora kepada Dinu.

"Ati-ati lo," Pesan Dinu, dan di acungi jempol Dillora.

Kini, waktu masih jam setengah delapan malam, Dan Dillora ingin cepat-cepat sampai rumah.
Karena dirinya sudah merasa tidak nyaman dengan badan nya yang lengket.

"Eh, ada tukang sempolan tuh. Beli dulu ah," ucap Dillora berbicara sendiri, dan menghampiri orang yang jualan Sempolan.

"Bang, ada sempolan?" Tanya Dillora kepada pria paruh baya yang jualan sempolan.

"Ya ada Neng, Bapak kan jualan sempolan. Kalau Neng nya nanyain martabak baru gak ada," ucap Pedagang itu.

Dillora pun hanya bisa meringis, merasa bodoh sendiri. "Iya juga sih. Yaudah Bang sempolan nya sepuluh ribuan dua ya."

"Siap, Neng. Tunggu ya?" Ucap pedagang itu, dan langsung menggoreng sempolan nya.

Dillora pun duduk dan sesekali berbalas pesan dengan teman nya yang sudah sampai rumah.

"Nih, Neng. Udah selesai," ucap Bapak itu sambil memberikan pesanan Dillora.

Dillora pun mengeluarkan uang nya."Nih, Bang uang nya."

"Terima kasih Neng,"

"Iya, sama-sama pak."

Dillora pun ke pangkalan ojeg yang selalu ada ojeg yang sedang nongkrong.

"Bang Jon, biasa ya." Ucap Dillora yang memang sudah kenal dengan para tukang ojeg di sini.

"Siap Neng."

Kini Dillora sudah sampai ke rumah Kontrakan nya, dan melihat para Ibu-ibu masih ngerumpi di luar sambil ngopi.

"Masih di luar aja bu," sapa Dillora.

"Iya, nih Neng. Malam mingguan kita Neng, ngopi-ngopi di luar." jawab suami bu Rina.

"Neng Lora baru pulang? Biasanya udah pulang dari tadi, apa Neng Lora Pacaran dulu? Tapi Neng Lora kan jomblo," Nyinyir bu Siska, yang tukang keppo.

Dengan menahan kesal Dillora pun menatap Bu Siska. "Enggak lah, bu. Kebetulan tadi saya beli sempolan." Ucap Dillora mencoba menjelaskan.

"Gak papa juga Neng,  kalau Neng pacaran dulu, ini kan malam minggu." Ucap Bu Rina.

" Iya bu," ucap Dillora sambil tertawa di paksakan. "Oh iya, saya masuk dulu ya bu, mau mandi. Dan ini buat ibu-ibu ngopi," pamit Dillora sambil memberikan sebungkus sempolan.

"Wah, Neng Lora makasih ya?" Ucap ibu Rina, dan di angguki Dillora.

Setelah pamit untuk masuk, Dillora pun segera masuk ke kontrakan nya, dan langsung membersihkan badan nya yang sudah lengket.

Kini Dillora tengah duduk santai di kamar nya sambil menonton Drakor faforit nya, meski sudah berulang kali dirinya menonton Drakor tersebut, tidak ada rasa bosan ketika melihat pemain nya.

Melihat Lee Min Ho, mengendarai kuda dan memakai baju raja. Membuat dirinya membayangkan bisa duduk di depan Lee Min Ho.

Sedang asik-asik nya menonton Mas Limin, tiba-tiba HP nya mati.

"Anjirr, gue lupa gak sambil di cas"

Dillora pun mencolokan HP ke charger. Dirinya pun membuang kantong sempolan yang sudah habis, dan hanya tersisa saos nya saja.

Dillora pun keluar berniat untuk bergabung bersama ibu-ibu rempong.

Bu Siska, yang menyadari ke hadiran Dillora pun menyapa terlebih dahulu. "Udah mandinya, Neng?"

"Udah, bu. Lagi bahas apa nih, kayak nya seru," tanya Dillora sambil duduk lesehan di lantai rumah kontrakan nya.

"Tentang yang lagi viral Neng, Vidio syur itu loh."

"Iya, dan lebih parah nya lagi, vidio syur itu di buat waktu masih bersama Suaminya." Heboh Bu Siska.

"Untung aja Suaminya cerein dia, kalau engga aku ndak setuju. Pengen tak ulek-ulek itu muka cewek nya." Ucap bu Ani, dengan gaya seperti mengulek sesuatu.

Dillora yang melihat ibu-ibu bergosip hanya bisa tersenyum merasa lucu.

"Lora, awas ya kamu kalau udah nikah jangan kayak dia!" Peringat Bu Rina.

"Ya allah  bu, amit-amit jabang bayi ih. Kalau saya mah satu aja cukup bu,"

"Iya, stu aja cukup. Tapi satu pun belum dapat" Celetuk suami bu Rina.

Dan di ketawain semua orang yang ada di sini. "Ih, Bu Rina. Suaminya nih suka bener" tawa kembali terdengar ketika Dillora tidak membantah.

"Aku pamit masuk ya semua," ucap Dillora, karena sudah mengantuk. Dan di angguki mereka.

"Kita juga udah mau masuk," jawab Bu Rina.

Dillora pun masuk dan tidak lupa mengunci Pintu nya.
Setelah mengecek semua terkunci, barulah Dillora ke kamar nya, dan mengambil Hp untuk, menelphone Nenek nya.

Ya, Dillora masih punya Nenek di kampung. Mangkanya Dirinya harus bekerja keras agar dapat uang dan bisa mengirimkan ke Nenek nya.

Nenek nya tinggal di kampung B sendirian, meski Nenek nya sudah tidak muda lagi. Tapi Nenek nya masih suka berkebun di belakang rumah.

Nada sambung pun terdengar.

"Hallo, Assalamualaikum Nek, Gimana kabar Nenek sehat?"

"Alhamdulillah, sehat. Kamu gimana sehat?"

"Alhamdulillah sehat. Aku di sini juga sehat Nek, Nenek lagi apa?"

"syukurlah kalau kamu sehat, kamu kapan pulang? Nenek kangen kamu nak."

Dillora pun mencoba menahan air matanya ketika mendengar suara Nenek nya yang berucap kangen dan ingin bertemu.

"In sya allah Nek, minggu depan Lora pulang."

"beneran, bakal pulang Nak?"

"Iya, Lora bakal pulang nemuin Nenek tercinta"

"Jangan lupa, sekalian bawa calon suami kamu ya. Sebenernya Nenek udah tua. Nenek takut ketika Nenek udah gak ada, Nenek belum menyaksikan pernikahan kamu."

Dillora yang mendengar nya, hanya bisa bersedih dan merasa ingin menolak permintaan Nenek nya, taoi takut Nenek nya sakit hati.

"Nenek apaan sih, Nenek pasti panjang umur kok. Iya Loraa bakal bawa calon Lora bertemu Nenek. Yaudah kalau gitu, Nenek istirahat, jangan kecapean. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Dillora pun membanting HP nya ke kasur, merasa prustasi dan bingung.

"Gue kan gak punya pacar, mana bisa gue bawa calon ke hadapan Nenek sih. Ada-ada aja deh" Gerutu Dillora.

Dillora pun berfikir. 'Apa gue minta bantuin Tama buat jadi pacar pura-pura gue aja kali ya?'  Batin Dillora.


Tbc.

Terima kasih.

redaksisalam_ped

Pernikahan Kampret (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang