"Mas, Mas!" teriak Dillora.
Arka pun terkejut, dirinya tanpa sadar melamun.
"Ah, iya."
"Ngelamunin apa?"
"Enggak,"
"Yaudah sana mandi," Arka pun bergegas berdiri dari kasur tanpa sehelai benang pun.
Dillora yang menyadari Arka berdiri tanpa sehelai benang pun berteriak.
Kyaaa...
"Kenapa gak pake celana?" Teriak Dillora sambil membalik kan badan nya membelakangi Arka, dengan wajah memerah.
"Biasa aja kali, Ra. Orang kamu juga udah liat." kekeh Arka.
Dillora pun melemparkan handuk yang tadi di pakai buat mengeringkan rambut, tanpa membalikan badan nya.
"Cepetan sana!" teriak Dillor.
Arka yang mendengar teriakan Dillora pun hanya tertawa.
Setelah Arka ke kamar mandi, Dillora tengah mengatur detak jantung nya yang berdebar-debar kencang.
"Gila, benar-bemar gila dia." gumam Dillora, sambil duduk di depan meja rias nya.
Setelah selesai merapikan rambut nya, dan memberikan sedikit bedak di wajah nya dan juga lipbam kepada bibir nya.
Seketika dia teringat, "Apa aku udah benar, membuat keputusan ini." gumam nya.
Hah, dengan menghella nafas, Dillora pun berdiri dan bergumam, "Mungkin ini yang terbaik, dan juga spertinya aku bisa mencintai nya." gumam nya, sambil berlalu pergi keluar kamar.
Dillora pun ke dapur dan melihat Bi Eci sedang memasak.
"Pagi, Bi." Sapa Dillora.
"Eh, pagi Non."
"Masak apa Bi?"
"Ini Non, soto bening sama ayam kecap dll."
"Aku bantuin ya Bi?"
"Eh, gak usah Non. Non duduk aja, entar kalau udah jadi Bibi panggil."
"Gak apa-apa Bi, aku pengen bantuin masak."
"Tapi, Non,"
"Udah, diam. Aku bantuin," cengir Dillora dan Bi Eci pun hanya tersenyum. Merasa senang mempunyai majikan yang sangat baik.
Setelah sedikit lagi selesai dan tinggal menuangkan soto nya, tiba-tiba Arka datang.
"Kenapa disini?"
Dillora pun membalikan badan nya, begitupun Bi Eci."
"Bibi udah ngelarang Non Lora, tqpi Non Lora tetap kekeh mau bantuin Bibi Den."
"Bi, udah santai aja. Kan aku yang pengen bantuin." ucap Dillora, kembali kepekerjaan nya
Setelah selesai menata makanan mereka pun makan dengan lahap, dengan wajah ceria.
Setelah selesai makan, Arka pun mengajak Dillora ke ruang keluarga.
"Ra, Mas mau ngomong sama kamu."
"Apa?"
"Mas, tunggu di ruang keluarga." Arka pun berlalu terlebih dahulu, di susul Dillora.
"Kenapa?" ucap Dillora setelah duduk.
"Kamu gak marah, tentang semalam?"
"Enggak Mas,"
"Kenapa bisa gak marah? Sebelum nya kamu mewanti-wanti Mas agar tidak menyentuh kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kampret (Tamat)
General FictionIni tentang seorang gadis bernama Dillora Wijaya, gadis baik dan periang yang disukai semua orang. Hidup sendiri di sebuah padatnya ibu kota , tidak membuat ia kesepian. Hingga suatu hari, bosnya di tempat dirinya bekerja menawarkan sebuah pernikaha...