"Mas, cepetan." teriak Dillora sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Bentar dulu, Mas baru masuk."
Kembali Dillora menggedor-gedor pintu kamar mandi. Mas, cepetan ke buru siang ni."
Arka pun membuka pintu kamar mandi dan hanya mengeluarkan kepala nya saja.
"Kalau ke buru siang, kita mandi bareng aja gimana?"
"Ogah," teriak Dillora sambil menendang pintu kamar mandi.
Sedangkan dari dalam kamar mandi, Arka tengah terkekeh.
Dillora kini tengah mondar mandir kesana-kemari menunggu Arka selesai mandi.
Mereka terlambat bangun karena malam nya mereka berdebat hingga tengah malam hanya karena Dillora kalah bermain Ludo.
Dillora yang tidak terima karena kalah, dan itu karena Arka yang bermain curang.
Mungkin bukan curang, lebih tepatnya lebih teliti."Mas, cepetan!" teriak Dillora.
Arka yang sudah selesai pun segera membuka pintu kamar mandinya, hanya dengan memakai handuk di pinggang nya saja. "Iya, iya, bawel."
"Kyaaa," teriak Dillora kaget karena Arka berada di hadapan nya. Dan di depan wajah Dillora terpampang dada bidang yang putih.
"Apa sih, teriak-teriak mulu. Heran."
"Mas, kalau pake anduk itu yang bener, yang sampai dada." nasehat Dillora.
"Sampai dada, emang nya aku perempuan?"
"Ah, bodo lah." ucap Dillora sambil berlalu pergi ke kamar mandi.
*************
Kini mereka sudah berada di dalam mobil, dan Dillora masih saja terus mengomelin Arka.
"Mas, kalau abis mandi tuh anduk nya di gantungin lagi, bukan nya di simpen di kasur."
"Iya, sayang." ucap Arka sambil nyengir kuda.
"Aku serius, Mas!"
"Iya, Mas juga serius sayang."
"apaan sih, geli tau gak." ucap Dillora, dan Arka hanya terkekeh.
"Pokok nya nih ya Mas, kalau abis mandi anduk di gantungin ke tempat nya. Dan kalau mau ambil baju, jangan langsung di tarik, angkat dulu baju yang di atas nya baru di ambil. Mengerti!?"
"Iya, iya, cerewet."
Dillora yang ingin kembali berbicara, bungkam kembali karena sudah sampai di tempat tujuan.
"Mas, aku duluan masuk nya."
"Barengan aja,"
"Gak mau,"
"Dillora!" tegas Arka.
"Oke, kita bareng."
Mereka pun masuk berbarengan.
"Ehem," dehem teman-teman Dillora, Arka yang mendengar nya pun acuh tak acuh. Sedangkan Dillora sudah melototi teman nya.
"Aku masuk dulu," ucap Arka dan mencium kening Dillora.
Dillora yang sudah terbiasa pun hanya memberikan senyuman manis di sertai sedikit tatapan tajam nya.
"Iya, Mas." jawab Dillora dengan menekan kata.
Ketika Arka sudah berjalan menuju ruangan nya, seketika suara riuh kembali terdengar.
"Ehem, gue gerah nih." ungkap Dinu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kampret (Tamat)
General FictionIni tentang seorang gadis bernama Dillora Wijaya, gadis baik dan periang yang disukai semua orang. Hidup sendiri di sebuah padatnya ibu kota , tidak membuat ia kesepian. Hingga suatu hari, bosnya di tempat dirinya bekerja menawarkan sebuah pernikaha...