"Sekarang aku mau bikin Anak aja," celetuk Dillora, yang membuat Arka salah tingkah.
"Beneran?"
"Iya, Mas." jawab Dillora, Dengan semangat Arka pun Berdiri. "Ayo,"
Dan itu membuat Dillora ketularan semangat nya.
"Ayo,"
Dillora pun berjalan yang di ikuti Arka, melihat raut wajah Arka yang berbinar-binar membuat Dillora menahan geli.
"Kok ke sini?"
"Iya, kenapa? Gak mau?"
"Bukan begitu, tapi ini--"
"Udah jangan banyak komen tegas Dillora, Mas Arka masuk duluan!"
Meski heran Arka tetap masuk.
Sedangkan Dillora melihat-lihat sekitar."Ra, kamu mau bikin Anak di si--" belum selesai Arka bertanya, dorongan dari Dillora membuat Arka terjatuh, Dan Dillora cepat-cepat menutup pintu dan mengunci nya.
Sedangkan Arka yang terjatuh dan melihat Dillora menutup pintu nya, segera berdiri dan mencoba membuka pintu nya, tapi pintu sudah di kunci oleh Dillora.
"Ra, gak lucu ya." teriak Arka, sambil menggedor-gedor pintu.
Sedangkan Dillora sedang tertawa merasa puas, "Ya emang gak lucu, aku kan gak sedang ngelawak Mas."
"Lora, buka pintu nya! Kamu bohongin Mas ya?"
"Gak Mau!" teriak Dillora.
Sedangkan Arka sudah merasa panik, melihat ruangan yang kecil dan pengap di tambah ruangan nya penuh akan barang-barang yang sudah berdebu di tambah lagi tidak ada cahaya.
"Dillora, Mas mohon buka pintu nya!"
"Aku gak dengar," jawab Dillora sambil bersedakep tangan dan menyenderkan badan nya ke pintu.
Sedangkan Arka yang mulai merasa sesak nafas dan keringat mengucur deras pun berusaha agar tidak panik.
"Ra," lirih Arka.
Dillora yang mendengar suara lirih Arka memanggil nya dan mendengar suara batuk-batuk dari dalam pun, cepat-cepat membuka kuncian nya dan segera membuka pintu nya.
Ketika mendengar suara kunci di buka dan pintu terbuka, membuat Arka merasa lega.
Dillora yang kaget melihat Arka yang terlihat kekurangan oksigen pun segera membawa Arka keluar gudang.
"Mas, Mas kenapa?" tanya Dillora panik, sedangkan Arka yang di rangkul Dillora untuk keluar gudang pun mencoba mencari udara dengan rakus nya.
Dillora pun mendudukan Arka di ruang Tv, dan membiarkan Arka menarik nafas terlebih dahulu.
"Mas, aku ambilin minum dulu ya?" tanya Dillora dan di jawab anggukan oleh Arka.
Dillora pun cepat-cepat mengambil minum dan memberikan nya kepada Arka, "Nih Mas,"
Arka pun meminum nya dan menatap Dillora yang terlihat khawatir terhadap nya.
Sedangkan Dillora yang sadar Arka tengah menatap nya pun merasa bersalah.
"Kamu tau gak? Mas tuh gak bisa berada di ruangan yang sempit dan pengap, Mas bakalan sesak nafas."
"Maaf, " ucap Dillora merasa bersalah.
Arka pun hanya diam, sambil memandang Dillora.
"Mas, maaf. Aku gak tau soal itu."
"Mas juga sih, udah tau kita menikah tanpa cinta malah minta buat bikin Anak." kesal Dillora.
"Jadi, salah Mas?"
"Buk-- bukan begitu,"
"Terus?"
"Mas kan tau kalau pernikahan kita itu tidak seperti orang-orang "
"Iya, Mas paham. Seharus nya Mas sadar diri." ucap Arka, sambil berlalu pergi menuju kamar.
"Mas, marah ya?"
"Mas,"
"Yah ngambek,"
"Mas, tungguin." ucap Dillora sambil berlari mengejar Arka.
****************
Kini Dillora tengah menyiapkan sarapan, dan Arka tengah membersihkan badan setelah membantu Dillora memasak.
Setelah tiga hari lamanya Arka marah karena Dillora.
Dan dengan bujukan dan rayuan yang Dillora lontarkan, akhirnya Arka mau memaaf kan nya meski harus ada beberapa syarat.Terlihat Arka sudah segar, dan duduk di sebrang Dillora.
"Berangkat bareng!" ucap Arka.
"Iya, Mas."
Mereka pun sudah selesai sarapan, Dan segera ke luar rumah.
Ketika Dillora tengah mengunci pintu dan Arka tengah menunggu di dekat Dillora, tiba-tiba mendengar seseorang bertanya."Mau berangkat kerja Neng?" tanya Bu Rina.
Dillora dan Arka pun menoleh. "Iya Bu," jawab Dillora.
"Masa sudah nikah masih kerja Neng, larang dong Pak Istri nya, biar gak kerja terus." ucap Bu Rina.
Dillora yang mendengarnya pun melirik Arka takut akan marah kembali.
"Hehehe, Bu kalau begitu kami pamit berangkat ya. Assalamualaikum." pamit Dillora kepada Bu Rina.
Arka pun terlebih dahulu masuk ke mobil, ketika Dillora masuk, tiba-tiba.
"Sudah Mas bilang, kalau kamu kerja yang di pandang jelek itu Mas."
"Ya maaf Mas, Mas gak usah masukin ke hati kata-kata Bu Rina.
"Hem,"
Mereka pun diam tanpa ada lagi yang berbicara.
Setelah dalam perjalanan hanya di temani keheningan, kini sudah sampai di tempat."Tungguin Mas, kita barengan masuk nya."
Dillora pun menunggu Arka yang sedang memarkirkan mobil nya.
"Yuk," ajak Arka sambil menggandeng lengan Dillora.
Mereka pun berjalan beriringan. "Yaudah Mas masuk gih,"
"Kamu ngusir Mas?"
"Bukan begitu,"
"Iya, Mas tau. Yaudah Mas masuk dulu." pamit Arka dan mencium kening Dillora.
Setelah Arka pergi, Dillora pun bergegas menyimpan tas nya di loker dan langsung bekerja, berhubung sudah banyak dengan pelanggan.
Setelah dua jam Dillora bekerja mengantarkan pesanan-pesanan orang dirinya beristirahat sebentar.
Dan Arka yang selalu mengawasi Dillora.
Ketika Dillora baru saja beristirahat, Dinu pun memanggil nya.
"Lora, tolong anterin Pesanan ini ke no 28 ya."
Dan Dillora pun segera mengantarkan pesananya.
"Permisi Pak," ucap Dillora yang sudah berada di meja no 28, dan melihat orang yang duduk sbil menunduk.
"Ah, ya." jawab orang yang duduk di meja no 28 dan mengangkat kepalanya.
Ketika laki-laki itu menatap Dillora, dirinya begitu kaget.
"Dillora?" ucap Laki-laki itu yang masih ragu-ragu.
Dillora yang mendengar laki-laki yang di hadapan nya saat ini memanggil namanya pun mendongak dan menghentikan memata makanan nya.
"Da-- David?"
Tbc.
Terima kasih.
r
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kampret (Tamat)
Fiksi UmumIni tentang seorang gadis bernama Dillora Wijaya, gadis baik dan periang yang disukai semua orang. Hidup sendiri di sebuah padatnya ibu kota , tidak membuat ia kesepian. Hingga suatu hari, bosnya di tempat dirinya bekerja menawarkan sebuah pernikaha...